Kamis, 09 Desember 2010

Artikel kesehatan














KATA PENGANTAR
Puji dan syukur bagi allah Swt atas berkat dan karunianya buku ini sebagai bahan pegangan saya dalam mempelajari ringkasan artikel kesehatan.
Materi ringkasan dalam buku ini masi jauh dari yang di harapkan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan sumbangan pemikiran yang di berikan saudara saudari kepada penulis melalui :
www.marthinfmaruhawa.blogspot.com
E-mail: marthinmaruhawa@yahoo.com
Mudah – mudahan buku ini dapat memenuhi harapan sebagai bahan pegangan dalam proes blajar.

Medan, Oktober 2010

Penulis

















Daftar isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. Macam-macam Etika
II. A. PENGERTIAN ETIKA
1. ETIKA DESKRIPTIF
2. ETIKA NORMATIF
3. ETIKA UMUM
4. ETIKA KHUSUS
5. ETIKA UMUM#1#
6. ETIKA KHUSUS#1#
III. B. Kode Etik Keperawatan
IV. C. Teori-teori tentang Penuaan
~Teori Biologis
1. Teori jam genetic
2. Teori interaksi seluler
3. Teori mutagenesis somatic
4. Teori eror katastrop
5. Teori pemakaian dan keausan
~ Teori Psikososial
1. Disengagement theory
2. Teori aktivitas
3. Teori kontinuitas
4. Teori subkultur
5. Teori stratifikasi usia
6. Teori penyesuaian individu dengan lingkungan
V. D. Patologi Hepatoma
PATOLOGI
Indera Pengecap – Anatomi dan Fungsi
Lampiran: - tinjauan peran dan kedudukan dokter
masa kini
- Kode etika kode etik








Macam-macam Etika
Materi ini sangat penting bagi mahasiswa bidan untuk mengetahui tentang apa itu etika, apa itu moral dan bagaimana menerapkannya dalam parktik kebidanan sehingga seorang bidan akan terlindung dari kegiatan pelanggaran etik ataupun pelanggaran moral yang sedang berkembang di hadapan publik dan erat kaitannya dengan pelayanan kebidanan sehingga seorang bidan sebagai provider kesehatan harus kompeten dalam menyikapi dan mengambil keputusan yang tepat untuk bahan tindakan selanjutnya sesuai standar asuhan dan kewenangan bidan.
Pengkajian dan pembahasan tentang etika tidak selalu -hubungannya dengan moral dan norma. Kadang etika diidentikan dengan moral, walaupun sebenamya terdapat perbedaan dalam aplikasinya. Moral lebih menunjuk pads perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan Etika dipakai sebagai kajian terhadap sistem nilai yang berlaku. Etika jugs sering dinamakan filsafat moral yaitu cabang filsafat sistematis yang membahas dan mengkaji nilai baik buruknya tindakan manusia yang dilaksanakan dengan sadar serta menyoroti kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Perbuatan yang dilakukan sesuai dengan norma moral maka akan memperoleh pujian sebagai rewardnya, namun perbuatan yang melanggar norma moral, maka si pelaku akan memperoleh celaan sebagai punishmentnya.
Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah moral yaitu mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan norma/nilai. Dikatakan kurun waktu tertentu karena etik dan moral bisa berubah dengan lewatnya waktu.
Pada zaman sekarang ini etik perlu dipertahankan karena tanpa etik dan tanpa diperkuat oleh hukum, manusia yang satu dapat dianggap sebagai saingan oleh sesama yang lain. Saingan yang dalam arti lain harus dihilangkan sebagai akibat timbulnya nafsu keserakahan manusia. Kalau tidak ada etik yang mengekang maka pihak yang satu bisa tidak segan¬segan untuk melawannya dengan segala cara. Segala cara akan ditempuh untuk menjatuhkan dan mengalahkan lawannya sekadar dapat tercapai tujuan.

A. PENGERTIAN ETIKA
Etika diartikan "sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak dengan didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan".
Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia.
Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak (Jones, 1994)
Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai: YUNANI à Ethos, kebiasaan atau tingkah laku INGGRIS à Ethis, tingkah laku/prilaku manusia yg baik –> tindakan yg harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Sedangkan dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa: ETIK adalah aplikasi dari proses & teori filsafat moral terhadap kenyataan yg sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar & konsep yg membimbing makhluk hidup dalam berpikir & bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka.





1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu
etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.


2. ETIKA NORMATIF, yaitu
etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
3. ETIKA UMUM,
berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.

4. ETIKA KHUSUS,
merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
5. ETIKA UMUM#1#,
berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
6. ETIKA KHUSUS#1#,
merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
B. Kode Etik Keperawatan
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut, perawat harus meyakini bahwa:
a. kebutuhan terhadap layanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama;
b. pelaksanaan praktik keperawatan dititikberatkan pada penghargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
c. dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan/atau keperawatan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan instansi terkait.
Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya, perawat perlu meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, adat istiadat, kebiasaan, dan kepercayaan individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat yang menjadi pzsien/kliennya.
Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang ber-kepentingan atau pengadilan.
Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan guna mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan.
Perawat dapat mengembangkan pengetahuanii yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.
Perawat dan lingkungan masyarakat Perawat dapat memprakarsai pembaruan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan dapat berperan serta aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
Perawat dan sejawat Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sejawat, balk tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di luar keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin hak seseorang yang merasa terancam dalam masa perawatannya.
Perawat dan profesi keperawatan Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam pengembangan pengetahuan guna menopang pelaksanaan perawatan secara profesional.
Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.

C. Teori-teori tentang Penuaan
Proses penuaan terdiri atas teori-teori tentang penuaan, aspek biologis pada proses menua, proses penuaan pada tingkat sel, proses penuaan menurut sisem tubuh, dan aspek psikologis pada proses penuaan.
Teori-teori tentang Penuaan
Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang clikemukakan, namun tidak seinuanya bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan teori psikososial.
Teori Biologis
Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut:
1. Teori jam genetik
Menurut Hayflick (1965), secara genetik sudah terprogram bahwa material di dalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetik terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami deteriorasi.
2.Teori interaksi seluler
Bahwa sel-sel satu sama lain saling berinteraksi dan memengaruhi. Keadaan tubule akan baik-baik saja selama sel-sel berfungsi dalam suatu harmoni. Akan tetapi, bila tidak lagi demikian, maka akan terjadi kegagalan mekanisme feed-back di mana lambat laun sel-sel akan mengalami degenerasi (Berger, 1994).


3. Teori mutagenesis somatik
Bahwa begitu terjadi pembelahan sel (mitosis), akan terjadi mutasi spontan yang terus-menerus berlangsung dan akhirnya mengarah pada kematian sel.

4. Teori eror katastrop
Bahwa eror akan terjadi pada struktur DNA, RNA, dan sintesis protein. Masing-masing eror akan saling menambah pada eror yang lainnya dan berkulminasi dalam eror yang bersifat katastrop (Kane, 1994).

4. Teori pemakaian dan keausan
Teori biologis yang paling tua adalah teori pemakaian dan keausan (tear and wear), di mana tahun demi tahun hal ini berlangsung dan lama-kelamaan akan timbul deteriorasi.
Teori Psikososial
Adapun mengenai kelompok teori psikososial, berturut-turut dikemukakan beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Disengagement theory
Kelompok teori ini dimulai dare University of Chicago, yaitu Disengagement Theory, yang menyatakan bahwa individu dan masyarakat mengalami disengagement dalam suatu mutual withdrawl (menarik diri). Memasuki usia tua, individu mulai menarik diri dari masyarakat, sehingga memungkinkan individu untuk menyimpan lebih banyak aktivitas-aktivitas yang berfokus pada dirinya dalam memenuhi kestabilan pada stadium ini.

2. Teori aktivitas
Menekankan pentingnya peran serta dalam kegiatan masyarakat bagi kehidupan seorang lansia. Dasar teori ini adalah bahwa konsep diri seseorang bergantung pada aktivitasnya dalam berbagai peran. Apabila hal ini lulang, maka akan berakihat negatif terhadap kepuasan hidupnya. Ditekankan pula bahwa mutu dan jenis interaksi lebih menentukan daripada jumlah interaksi. Hasil studi serupa ternyata menggambarkan pula bahwa aktivitas informal lebih berpengaruh daripada aktivitas formal. Kerja yang menyibukkan tidaklah meningkatkan self esteem seseorang, tetapi interaksi yang bermakna dengan orang lainlah yang lebih meningkatkan self esteem.
3. Teori kontinuitas
Berbeda dan kedua teori sebelumnya, di sini ditekankan pentingnya hubungan antara kepribadian dengan kesuksesan hidup lansia. Menurut teori ini, ciri-ciri kepribadian individu berikut strategi kopingnya telah terbentuk lama sebelum seseorang memasuki usia lanjut. Namun, gambaran kepribadian itu juga bersifat dinamis dan berkembang secara kontinu. Dengan menerapkan teori ini, cara terbaik untuk meramal bagaimana seseorang dapat berhasil menyesuaikan diri adalah dengan mengetahui bagaimana orang itu melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan selama hidupnya.

4. Teori subkultur
Pada teori subkultur (Rose, 1962) dikatakan bahwa lansia sebagai kelompok yang memiliki norma, harapan, rasa percaya, dan adat kehiasaan tersendiri, sehingga dapat digolongkan selaku suatu subkultur. Akan tetapi, mereka ini kurang terintegrasi pada masyarakat luas dan lebih banyak berinteraksi antar sesama mereka sendiri. Di kalangan lansia, status lebih ditekankan pada bagaimana tingkat kesehatan dan kemampuan mobilitasnya, bukan pada hasil pekerjaan/pendidikan/ekonomi yang pernah dicapainya. Kelompok-kelompok lansia seperti ini bila terkoordinasi dengan baik dapat menyalurkan aspirasinya, di mana secara teoretis oleh Para pakar dikemukakan bahwa hubungan antar-peer group dapat meningkatkan proses penyesuaian pada masa lansia.
5. Teori stratifikasi usia
Teori ini yang dikemukakan oleh Riley (1972) yang menerangkan adanya saling ketergantungan antara usia dengan struktur sosial yang dapat dijelaskan sebagai berikut. (a) Orang-orang tumbuh dewasa bersama masyarakat dalam bentuk kohor dalam artian sosial, biologis, dan psikologis. (b) Kohor baru terus muncul dan masing-masing kohor memiliki pengalaman dan selera tersendiri. (c) Suatu masyarakat dapat dibagi ke dalam beberapa strata sesuai dengan lapisan usia dan peran. (d) Masyarakat sendiri senantiasa berubah, begitu pula individu dan perannya dalam masing-masing strata. (e) Terdapat saling keterkaitan antara penuaan individu dengan perubahan sosial. Kesimpulannya adalah, lansia dan mayoritas masyarakat senantiasa saling memengaruhi dan selalu terjadi perubahan kohor inaupun perubahan dalam masyarakat.

6. Teori penyesuaian individu dengan lingkungan
Teori ini dikemukakan oleh Lawton (1982). Menurut teori ini, bahwa ada hubungan antara kompetensi individu dengan lingkungannya. Kompetensi di sini berupa segenap proses yang merupakan ciri fungsional individu, antara lain: kekuatan ego, keterampilan inotorik, kesehatan biologik, kapasitas kognitif, dan fungsi sensorik. Adapun lingkungan yang dimaksud mengenai potensinya untuk menimbulkan respons perilaku dari seseorang. Bahwa untuk tingkat kompetensi seseorang terdapat suatu tingkatan suasana/ tekanan lingkungan tertentu yang menguntungkan baginya. Orang yang berfungsi pada level kompetensi yang rendah hanya mampu bertahan pada level tekanan lingkungan yang rendah pula, dan sebaliknya. Suatu korelasi yang sering berlaku adalah semakin terganggu (cacat) seseorang, maka tekanan lingkungan yang dirasakan akan semakin besar.

D. Patologi Hepatoma
Kanker hati disebabkan oleh adanya tumor ganas di dalam hati. Tumor ini dapat tumbuh pertama kali di hati (kanker primer) atau sebaran (penularan) dari tempat lain (kanker sekunder).
Tumor primer ada 2 macam, yaitu Hepatoma atau karsinoma hepatoselular, yang tumbuh di dalam sel hati dan Kolangiokarsinoma, yang tumbuh dari sel-sel dinding saluran empedu.
Hepatoma erat kaitannva dengan sakit hati yang disebut sebagai Hepatitis B, yang banyak terdapat di Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Hepatoma lazimnya merupakan komplikasi dari sirosis hati.
Kanker hati sekunder lazimnya berasal dari sebaran kanker yang menyerang lambung, pankreas, usus besar. Tumor primernya barangkali kecil saja dan tidak menimbulkan keluhan apa-apa.
Tanda yang kerap menyertai kanker hati adalah menurunnya berat badan, kehilangan nafsu makan, dan badan lemah. Tidak jarang timbul rasa sakit di rongga perut bagian atas. Dan tahap lanjut dari penyakit ini ditandai dengan sakit kuning (hepatitis) dan adanya banyak cairan dalam rongga perut (asites).
Umumnya, hepatoma tidak menyebar ke mana-mana dalam waktu lama. Bila penderita tidak mengalami sirosis hati, maka pembedahan akan dilakukan untuk mengangkat tumor dan penderita dapat sembuh dengan sempurna.

Penderita kanker hati sekunder tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan terapi Self Healing atau obat dan herbal antikanker, pertumbuhan penyakit tersebut dapat dihambat.

PATOLOGI
Pada pemeriksaan patologi makroskopik, dua pertiga kasus berbentuk multinodular dan sebagian besar dari persentase ini akan terjadi dalam populasi sirosis. Dua puluh lima sampai 30 persen pasien akan tampil dengan lesi tunggal besar disertai satelitosis, dan kurang dari 4 persen akan tampil dengan jenis berkapsul, yang biasanya mempunyai prognosis lebih baik. Secara mikroskopik, hepatosit abnormal bervariasi dari sel berdiferensiasi baik yang sulit dibedakan dari lesi hiperplastik nodular fokal jinak dan adenoma jinak sampai jenis histologi yang berdiferensiasi buruk.
Bentuk trabekula karsinoma hepatoselular merupakan jenis histologi terlazim. Sel ini menyerupai epitel lempengan hati normal. Di pusat trabekulum, lumen menyerupai kanalikulus biliaris, dengan kadang-kadang ada sumbatan empedu. Ada mitosis menonjol dan stroma intrasel yang sangat sedikit. Lesi anaplastik sulit dibedakan dari tumor metastatik lebih anasplastik yang ditemukan dalam hati. Karsinoma hepatoselular adalah tumor sangat agresif dan lesi terbatas pada hati dalam hanya 11 persen pasien sewaktu didiagnosis.
Varian ribrolamelar hepatoma mempunyai prognosis lebih baik. Varian ini secara histologi ditandai oleh berkas kolagen sejajar di antara hepatosit besar dan normal dengan mitosis jarang, yang menggambarkan tumor kurang agresif. Dilaporkan hepatoma responsif terhadap androgen. Pada pasien yang berusia kurang dari 35 tahun, 43 persen hepatoma adalah varian onkositik fibrolamelar Jenis histologi hepatoma ini lebih sering dapat direseksi dengan 5 dari 10 pasien hidup tanpa penyakit 1,5 sampai 8 tahun pascabedah.

D. Indera Pengecap – Anatomi dan Fungsi
Pancaindera adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu pada manusia. Serabut saraf yang melayaninya merupakan alit perantara yang membawa kesan rasa (sensory impression) dari organ indera menuju otak, di mana perasaan itu ditafsirkan. Beberapa kesan rasa timbul dari luar, seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman, dan suara. Lainnya timbul dari dalam, antara lain lapar, haus dan rasa sakit.
Dalam segala hal, serabut saraf-saraf sensorik dilengkapi dengan ujungakhir-khusus guna mengumpulkan rangsangan perasaan yang khas itu; di mana setiap organ berhubungan.
Nampaknya, kita seolah-olah mengecap dengan ujung saraf pada Iidah, mendengar dengan saraf dalam telinga, dan seterusnya, tetapi sesungguhnya otaklah yang menilai semua perasaan itu.
Penjelasan tentang rasa sentuhan telah diuraikan pada catatan mengenai kulit.
Pada hekekatnya, lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indera khusus pengecap. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot intrinsik Iidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot extrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan-kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi. dan akhirnya mendorongnya masuk farinx.
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta pinggiran Iidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke belakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, maka ujung Iidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasar mulut, maka ujung lidah berbentuk bulat.
Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembab, dan pada waktu se- hat berwarna merah jambu. Permukaan atasnya seperti beludru dan ditutupi plpil-papil, yang terdiri atas tiga jenis.
Papillae sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah dari jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah. Papillae sirkumvalata adalah jenis papillae yang terbesar, dan masing-masing dikelilingi semacam lekukan seperti parit. Papillae ini tersusun berjejer membentuk huruf V pada bagian belakang lidah.
Papillae fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk jamur.
Papilae filiformis adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah. Organ-ujung untuk pengecapan adalah puting-puting pengecap yang sangat banyak terdapat dalam dinding papillae sirkumvalata danfungiforum
Papilae filiform lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh, daripada rasa pengecapan yang sebenarnya. Selaput lendir langit-langit dan farinx juga bermuatan puting-puting pengecap.

Ada empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asam dan asin. Kebanyakan makanan memiliki ciri harum dan ciri rasa, tetapi ciri-ciri itu merangsang ujung saraf penciuman, dan bukan ujung saraf pengecapan. Supaya dapat dirasakan, semua makanan harus menjadi cairan, serta harus sungguh-sungguh bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan yang berbeda-beda. Puting pengecap yang berbeda-beda menimbulkan kesan rasa yang berbeda-beda juga. Lidah memiliki pelayanan pensarafan yang majemuk. Otot-otot lidah mendapat pensarafan dari urat saraf hipoglosus (Saraf otak kedua belas). Daya perasaannya dibagi menjadi “perasaan umum”, yang menyangkut taktil perasa seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan, suhu dan sebagainya, dan “rasa pengecap khusus”.

Impuls perasaan umum bergerak mulai dari bagian anterior lidah dalam serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat saraf kranial kelima, sementara impuls indera pengecap bergerak dalam khorda timpani bersama saraf lingual, lantas kemudian bersatu dengan saraf kranial ketujuh, yaitu nervus saraf fasialis.

Saraf kranial kesembilan, saraf glossofaringeal, membawa, baik impuls perasaan umum, maupun impuls perasaan khusus dari sepertiga posterior lidah.
Dengan demikian indera pengecapan lidah dilayani oleh saraf kranial kez’ lima, ketujuh dan kesembilan, sementara gerakan-gerakannya dipersarafi oleh saraf kranial kedua belas.
Secara klinik, indera pengecap, seperti juga indera penciuman (lihat di sebelah), sangat peka dan dapat hilang karena pilek atau gangguan pada mulut, lambung dan saluran pencernaan. Seorang dokter, yang dapat juga dibantu oleh seorang perawat, memeriksanya dengan seksama, apakah indera pengecap itu kering atau lembab, membengkak, lembek dan pucat, atau mengecil dan berwarna merah, berbulu, pecah atau retak-retak.







Glositis, atau peradangan lidah, bisa akut ataupun kronis, dengan gejala-gejala berupa adanya ulkus dan lendir yang menutupi lidah. Peradangan ini biasanya timbul pada pasien yang mengalami gangguan pencernaan ataupun infeksi pada gigi. Lidah lembek dan pucat, dengan bekas-bekas gigitan pada pinggirannya. Biasanya, glositis kronis menghilang, apabila kesehatan badan membaik dan pemeliharaan hygiene mulut yang baik.
Lekoplakia ditandai oleh adanya bercak-bercak putih yang tebal pada permukaan lidah (juga pada selaput lendir pipi dan gusi). Hal ini biasanya terlihat pada perokok.










Lampiran……………
TINJAUAN PERAN DAN KEDUDUKAN DOKTER
MASA KINI
Marilah kita tinjau semua kesibukan yang simpang siur ini dengan kepala dingin dan hati lapang.
Bila kita adakan inventarisasi dari sikap-sikap dan tindakan para dokter yang kiranya jelas menyimpang dari Etika Kedokteran, diantaranya adalah :
• Membanggakan kelebihan diri serta memburukkan TemanSejawatnya dimuka seorang penderita, maksud nya yaituagar penderita tersebut tetap berobat padanya.
• Dokter umum yang mengaku spesialis karena praktek menggunakanmisalnya alat Rontgen, EKG dan lain- lain alatelektronika.
• Spesialis yang tidak mengembalikan penderita yang dikonsulkankepadanya, akan tetapi mengobatinya langsung seolah-olah itu pasien pribadinya.
• Spesialis yang memasang tarip menyaingi dokter umum
dengan maksud menguasai pasaran.
• Setelah"general chec up",tanpa alasan kuat, menganjur kanuntuk dilakukannya suatu tindakan bedah, tanpa adanya keluhan dari fihak penderita.
• Memberi keyakinan pada pasiennya bahwa sakitnya berat dan harus berobat kepadanya secara teratur dan dalam jangka waktu lama, meskipun hal itu tidak diperlukan.
• Spesialis yang tidak mengijinkan dilanjutkannya terapi
Pada dokter ditempat tinggal penderita dan mengharus kan tetap berobat kepadanya, meskipun penderita datang dari tempat jauh.
• Membuat pasien seolah-olah "bola" dengan cara konsulmengkonsul antara kawan sendiri dari berbagai spesialisasi, tanpa indikasi tegas.
• Menahan penderita dirumah sakit Pemerintah tanpa diobati, dengan anjuran pindah kerumah sakit swasta agar dapat segera ditangani sendiri.
• Menggunakan alat MR untuk aborsi dengan dalih mengaturhaid.
• Menjual obat dikamar praktek, meskipun sudah ada apotik yang buka diwilayahnya.
• Kerjasama dokter dengan apotik / pedagang obat / pabrik obat, untuk tujuan komersiil.
• Last but not least, sikap mental pejabat dalam bentuk
korupsi dan manipulasi serta pungli dari sementara dokter yang kebetulan menduduki jabatan kunci dalam pemerintahan, baik dari keuangan proyek maupun dari penempatan dokter.
Cermin Dunia Kedokteran No. 14, 1979 39
Bila semua cuplikan-cuplikan tersebut diatas kita kaji, maka hanya satu hal yang mendorong semua tindakan dan sikap tersebut, yaitu UANG, yang dijadikan komoditi mutlak tercapainya sekuriti dan status simbolnya dalam masyarakat.
Bila kita tinjau lebih dalam, mengapa justru masa kini timbul makin banyak penyimpangan Etika Kedokteran, apakah masa dahulu tidak terdapat? atau tidak terungkap?
Kita semua pasti setuju dan menghayati bahwa profesi dokter adalah suatu profesi yang luhur dan harus dijunjung tinggi martabatnya. Untuk itu diperlukan bukan hanya keilmuan kedokteran saja, akan tetapi diperlukan juga kematangan mental dokter. Hal terakhir ini baru akan ada bila dokter tersebut telah mempunyai pendidi kan dan lingkungan masa kanak-kanak dan remaja yang mantap dan terarah. Pendidikan di Fakultas Kedokteran hanyalah sebagian kecil saja dari jangka waktu pendidi kan yang harus dijalaninya.
Dokter "tempo doeloe" relatif hanya sedikit dalam masyarakat kita, dan umumnya mereka terdiri dari anak-anak orang yang cukup mampu dalam bidang materi dan tumbuh didalam lingkungan kemasyarakatan yang mempunyai nilai-nilai sopan santun yang terjaga ketat. Juga karena peraturan Pemerintah Hindia Belanda, hanya anak-anak golongan "priyayi " dan yang mempunyai tingkat kekayaan tertentu saja yang mungkin masuk Sekolah Lanjutan Atas dan Fakultas Kedokteran.

Dengan sendirinya segi tabiat dan persiapan mental telahterbina dalam bentuk tatakrama dan penguasaan diri.Setelah lulus menjadi dokter, lapangan pekerjaan terbuka luas dengan gaji yang relative besar, belum lagi kemung kinan untuk praktek partikelir dengan tarip yang cukup tinggi, sampaisampai untuk mereka yang tidak berprak tek partikelir, diberi tunjangan khusus 200 gulden (bandingkan dengan gaji guru HIS 75 gulden!). Jadi dari segi penghasilan, tidak ada yang perlu diresahkan, rata-rata kedudukan dokter paling sedikit berada dilapisan menengah atas dari masyarakat. Dalam kondisi sedemikian mereka bias menjaga martabat dokter secar murni. Bagaimana dengan dokter masa kini ? Akibat dari Kemerdekaan dan adanya peraturan wajib belajar bagi seluruh rakyat Indonesia, pintu pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Fakultas Kedokteran terbuka luas bagi mereka yang mampu kecerdasannya.
Fasilitas pendidikan dokter tersedia dengan biaya yang relative bisa terjangkau oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Anakanak pejabat tinggi sampai anak-anak kusir, anak-anak pedagang besar sampai anak-anak tukang batu, bisa dan mungkin menjadi dokter, apalagi dengan tersedianya berbagai beasiswa untuk mereka yang cerdas tapi kurang mampu.
Berbeda dengan dokter "tempo doeloe", masa kanak-kanak dan remaja dokter masa kini tidak lagi mengenyam suasana santai dan serba stabil serta lingkungan ke "priyayi"-an. Sejak kecil sudah dikonfrontir dengan kehidupan serba kurang dan kerja keras, dengan tujuan satu, mencari uang guna mencapai cita-citanya dan cita-cita keluarganya, yaitu menjadi dokter sehingga mampu untuk mengangkat martabat keluarganya dan juga mampu mengongkosi biaya pendidikan adik-adiknya.
Jadi sejak mudanya, dokter masa kini sudah berorientasi
Mengejar uang untuk membiayai pendidikannya, membantu adik dan orang tuanya dan setelah menjadi dokter, mengejar uang untuk mencapai dan mempertahaiikan kedudukannya dalam masyarakat, tanpa dilandasi kematangan mental untuk membedakan mana yang pantas dan mana yang tidak pantas dilakukan oleh seorang " priyayi". Setelah lulus dari Fakultas Kedokte ran, masih belum putus penderitaannya dalam bidang keuangan, kecilnya gaji sebagai pegawai negeri dan sulitnya berpraktek partikelir karena hebatnya persaingan oleh banyaknya jumlah dokter dan ketidak mampuan masyarakat dalam membayar pertolongan pengobatannya. Belum lagi para dokter lulusan Fakultas Kedokteran Swasta
yang karena peraturan pemerintah harus mengeluarkan lebih banyak biaya dan frustasi karena masa pendidikan paling sedikit sepuluh tahun. Dalam hati dokter ini muncul tekad untuk
membalas jasa orangtua yang sudah begitu berat mengongkosi pendidikannya dan tekad untuk mengejar status kedudukan para dokter yang lebih senior.
Untuk mengontrol dan menjaga martabat dokter pada waktu ini, digantungkan pada Etika Kedokteran, yang diharapkan oleh Pemerintah dan masyarakat dapat menjadi pegangan para dokter.
Etika Kedokteran ini merupakan kode yang sangat ideal, akan tetapi pada waktu ini berada dalam suasana dan lingkungan dengan nilai dan norma norma kemasyarakatan yang tidak sesuai untuk itu. Dengan latar belakang dan pendidikan yang berbeda dari dokter masa kini dan "tempo doeloe", jelas makna yang terkandung didalam Etika Kedokteran tidak dapat sepenuhnya dihayati oleh sebagian besar dokter masa kini. Di Fakultas Kedokteran terutama Fakultas Kedokteran Swasta, sangat sedikit diberi pelajaran tentang Etika. Juga kontrol, bimbingan dan re-edukasi dari Majelis serta Dewan Kehormatan Etika Kedokteran sangat minim, bila tidak mau dikatakan nol besar. Kedua Badan itu sendiripun hampir tidak berfungsi.
Bagaimana kita dapat mengharapkan Etika Kedokteran tertanam dalam hati sanubari dokter dan tercermin dalam tindak tanduknya?
Marilah kita tinjau segi ikutan lainnya, yaitu Sumpah Dokter. Setiap dokter yang menyelesaikan pendidikan dokternya, diterjunkan kemasyarakat dengan terlebih dahulu harus mengucapkan sumpah. Meskipun sudah berkali direvisi, namun Sumpah Dokter tetap bermakna inti tekad yang terkandung dalam Sumpah Hipocrates yang sudah berumur berabadabad. Kitasemua tahu dan menginsyafi makna luhur danidealnya segala yang terkandung dalam Sumpah Dokter, namun dalam hati sanubari kita, bila kita mau berterus terang pada diri sendiri, adalah hampir tidak mungkin atau sangat sedikitlah dokter dalam situasi dan kondisi sekarang ini, sanggup melaksanakannya. Dan dengan situasi sedemikian itu, hanya karena dokter telah bersumpah, masyarakat menghendakisetiap dokter menjalankan atau mempraktekkan sumpahnya secara maksimal. Disinilah timbul konflik dokter masyarakat. Masyarakat mengharapkan dokter akan selalu memperhatikan pasien pasiennya secara maksimal tanpa pamrih, selalu meluangkan waktu untuk mereka yang memerlukan pertolongan dokter, karena ilmunya semua pengobatannya harus ces-pleng, selalu ramah dan banyak senyum dan last but not least memasang tarip rendah, kalau perlu lebih baik menggra- 40 Cermin Dunia Kedokteran No. 14, 1979 tiskan pertolongan pengobatannya. Inilah profil dokter ideal dipandang dari sudut masyarakat. Masyarakat menganggap dokter itu manusia super, karena tahu obat, dokter tidak mungkin sakit, tidak mungkin ngantuk atau lelah, sehingga setiap saat, siap memberi pertolongan.
Disamping itu semua, masyarakat tidak bisa menerima bahwa seorang dokter itu tidak kaya, masyarakat berpendirian bahwa dokter itu pasti kaya, punya rumah dan mobil, anak-anaknya sekolah disekolah yang terbaik. Adalah janggal dokter naik sepeda atau becak, atau makan diwarung kecil. Anggapan masyarakat inilah yang seringkali mem-"perangkap" dokter, sehingga mereka mati-matian memuja materi dan untuk mencukupi status ini mereka mencari uang dengan segala jalan. Juga kalangan dokter yang sudah senior dan hidup berkecukupan (bila tidak berkelebihan!), tidak membantu Sejawatnya yang muda-muda dengan memberi contoh tindak tanduk dan tingkah laku yang sesuai dengan Etika Kedokteran dan Sumpah Dokternya. Terseret oleh masyarakat yang mendambakan materi, memamerkan kekayaan dan memperhitungkan pelayanan kesehatan yang diberikannya dengan berapa si pasien mampu membayar.
Tidak pula boleh dilupakan bahwa sebagian besar masyarakat kita waktu ini adalah kurang atau tidak mampu. Berbeda dengan masyarakat "tempo doeloe" , masyarakat sekarang dari segala lapisan menuntut hak memperoleh pelayanan kesehatan yang sama, masa dahulu hanya lapisan atas dan menengah saja menikmati pelayanan dokter, untuk masyarakat bawah cukup minta dan mendapat pertolongan dari mantri verpleger saja. Jangan pula dilupakan bahwa masyarakat kita masa kini sangat berbeda dengan masa lalu, karena kemerdekaan yang kita capai, dari lapisan masyarakat tertinggi sampai terendah sudah mengenyam pendidikan dan lebih kritis, berani mengeritik tingkah laku dokter dengan menulis disurat kabar, salah satu faktor mengapa tampaknya demikian banyak dan semakin banyak penyimpangan Etika Kedokteran terungkap.

KELOMPOK SOSIAL DOKTER

Kita tinjau kini kelompok-kelompok sosial dokter dalam masyarakat kita masa kini, yang dapat kita golongkan dalam:
Golongan Mapan. Termasuk dalam golongan ini adalah dokter-dokter generasi senior dengan praktek partikelir yang maju, para spesialis senior dan para superspesialis. Golongan ini merupakan kelas "elite " nya kalangan kedokteran. Mereka mempunyai praktek partikelir yang ramai, dengan tarip tinggi, pasiennya umumnya dari kalangan atas dan mampu, atau setidak-tidaknya pasien jauh-jauh hari sudah mempersiapkan mental untuk tagihan tinggi. Golongan ini pada umumnya sebagai pegawai negeri mempunyai kedudukan tinggi dan mantap, karenanya mereka mencurahkan perhatian pada kedinasannya secara penuh dan tanpa pamrih. Golongan ini sangat kecil jumlahnya dan umumnya beradadi kota-kota besar.

Golongan Frustasi. Golongan ini terutama terdapat dipusatpusat pendidikan dokter, terdiri atas para spesialis muda yang resah. Keahlian mereka punyai, mungkin lebih dari para senior ataupun profesornya, mereka selalu melirik pada kelebihanfinansiil dan materiil Golongan 1 dan berusaha untuk mencapai status/kedudukan tersebut dalam waktu sesingkat mungkin. Semua upaya, baik didalam maupun diluar kedinasan, diukur dengan imba lan yang mereka peroleh atau akan peroleh. Bila tidak ada keuntungannya, penanganan dinas dianak tirikan. Sebagai dokter swasta diluar dinas, mereka merupakan dokter yang ideal dipandang dari sudut pasien yang sanggup membayar mahal. Berbagai cara digunakan untuk menambah penghasilan sebanyak mungkin, diantaranya dengan pembentukan grup atau klinik spesialis. Dalam pertemuan santai pembicaraan dalam golongan ini berkisar pada topik jumlah pasien, tarip, mobil dan rumah; kapling dan golf.
Golongan Santai. Umumnya terdiri atas para spesialis didaerah, dimana hanya terdapat satu dua spesialis dalam tiap cabang ilmu kedokteran. Dalam situasi pembinaan
karier yang tidak menentu, pada umumnya mereka hidup
santai dan tenang, mempersiapkan diri untuk pensiun ditempat yang sama, mempunyai kedudukan yang terpandang dalam dinas maupun dalam masyarakat. Mereka melaksanakan tugas kedinasannya dengan cukup gairah dan bersungguh-sungguh. Meskipun tarip praktek partikelirnya tidak setinggi dikota besar, penghasilannya stabil dan lebih dari cukup. Meskipun demikian cukup besar jumlahnya yang masih menunjukkan sikap mengejar materi, terutama mereka yang banyak berhubungan dan bergaul erat dengan rekan-rekannya dikota besar dan memperbandingkan taraf hidup mereka dengan sebayanya di kota besar itu.
Golongan Karier Pegawai Negeri. Tujuan adalah mengejar jenjang karier dan kedudukan dalam bidang pelayanan kesehatan maupun kesehatan masyarakat. Karena terkena mutasi atau tugas dinas, praktek partikelirnya umumnya tidak maju. Kurangnya penghasilan tambahan diluar dinas ini banyak mendorong mereka terjangkiti penyakit jabatan, korupsi dan manipulasi uang dinas/uang proyek, manipulasi asuransi keseha tan ataupun usaha keluarga berencana, juga untuk jabatan kunci, dipakai suap dan pungli bagi penerimaan atau penempatan dokter/paramedik ditempat-tempat "basah " .Golongan Sudra. Terdiri atas dokter-dokter muda yang baru mulai praktek partikelir, kedudukan yang rendah dipemerintahan dengan gaji kecil, harus praktek dipinggir atau luar kota dan gang becek, karena beratnya bersaing dengan seniornya. Tarip rendah karena masyaraka yang dilayaninya umumnya dari lapisan bawah. Termasuk mereka yang terpaksa berada dalam situasi sedemikian karena sedang spesialisasi, setiap hari disodori suasana serba cukup atau mewah oleh seniorseniornya, sehingga timbul tekad dalam hati untuk mengejar
gap sosio-ekonomi tersebut. Calon-calon spesialis akan bertekad : "Tunggulah masanya bila aku sudah selesai spesialisasi.................................
". Bila melihat pembagian kelompok dokter tersebut diatas, jelas bahwa dokter masa kini sudah umum untuk berorientasi ke materi dan uang, mereka disodori kenyataan dalam masyarakat bahwa dokter itu harus kaya dan mampu untuk kaya, tanpa dilandasi kematangan pendidikan tatakrama dan sikap mental yang kuat. Fihak Pemerintahpun tidak memberikan perhatian kepada masalah ini, hanya bereaksi terhadap keluhan Cermin Dunia Kedokteran No. 14, 1979 41 dan tanggapan masyarakat. Pembentukan. Dewan dan Majclis Kehormatan Etika Kedokteran tidak pernah diteliti kemanfaatannya, juga oleh kalangan luas dunia kedokteran tidak dirasakan kehadirannya. Sandaran hukum bagi kedua Badan itupun tidak jelas deskripsinya, sehingga menimbulkan kebencian.

SARAN
Adalah suatu langkah yang baik dan positif dari Pemerintah untuk membentuk Panitia Pertimbangan & Pembinaan Etika Kedokteran yang terdiri atas unsur Pemerintah dan I.D.I. dari tingkat Pusat dan Propinsi. Tindakan lanjutan yang diperlukan adalah peraturan permainan yang jelas dan konsekwen, disokong oleh landasan dan tindakan hukum yang tegas dan konsisten. Panitia ini sebaiknya diteruskan sampai tingkat Cabang I.D.I./Dinas Kesehatan Kabupaten, karena pada tingkat
inilah sesungguhnya terjadi persoalan yang berkaitan dengan Etika Kedokteran. Ditingkat ini langsung dapat dilakukan bimbingan, pengarahan dan re-edukasi para dokter, oleh Sejawatnya sendiri, dilingkungannya sendiri, dalam suasana keakraban persaudaraan.
Etika Kedokteran sendiripun memerlukan revisi secara selektif. Diusulkan memasukkan kuliah Etika Kedokteran dalam kurikulum Pendidikan Dokter secara luas dan intensip, baik di Fakultas Kedokteran Negeri maupun Swasta.
Karena keunikan kedudukannya dalam masyarakat, perlu dipikirkan pemberian santunan/gaji yang "cukup" dengan kenaikan tingkat yang terjamin, terutama bagi mereka yang berdinas dipelosok atau ditempat-tempat yang secara ekonomis "kering". Diusulkan pemberian tunjangan yang lebih besar dan kenaikan jenjang karier bagi mereka yang telah bertugas ditempat terpencil, lebih dari mereka yang ditempatkan dekat Pusat atau tempat-tempat "basah" Pengawasan dan bimbingan ditujukan juga terutama kepada "pejabat " untuk memberi contoh bahwa sebagai dokter yang berEtik Dokter, mereka tidak minta disuap dan tidak mau disuap. Khusus dikalangan Fakultas Kedokteran, para pendidik (profesor dan stafnya) agar menjadi suri tauladan bagi para dokter muda dan mahasiswanya dalam dedikasi dan disiplin yang tinggi. Banyak contoh dimana staf pendidik inti lebih banyak bekerja untuk luar dinas negaranya karena rayuan gaji dan fasilitas yang lebih besar dan lebih menarik, sehingga dokter muda dan mahasiswanya dibiarkan ditangani oleh stafnya ditingkat lebih rendah. Yang penting pada akhirnya adalah pengertian dan toleransi didalam dunia kedokteran, saling membimbing dan saling tegur sesame kita, disertai dukungan yang konkrit dan positif dari fihak Departemen Keseha tan, Insya Allah kita bersama dapat membangun dunia kedokteran yang lebih sehat, lebih terhormat.
Hubungan antara kekurangan gizi (malnutrition) dan mudahnya terserang infeksi sudah diakui oleh dunia kedokteran. Ini khususnya berlaku untuk penyakit-penyakit diare dan sistem pernafasan. Selain itu anak-anak dengan keadaan gizi yang kurang baik lebih mudah mendapat komplikasi yang serius setelah terserang penyakit-penyakit anak yang menular, seperti campak (morbili). Bahwa ini tidak hanya disebabkan oleh faktor lingkungan sudah dapat dibuktikan oleh percobaan-percobaan yang terkontrol baik.
Dalam buku ini diajukan penemuan-penemuan yang terakhir dalam penelitian-penelitian atas akibat malnutrition pada sistem immune melalui sel (cell mediated immune response), sistem immuno humoral, phagocytosis dan sistemsistem komplemen.
Buku ini bersampul tebal (hard cover), dicetak diatas kertas tebal mengkilat dan terdiri dari 468 halaman.
Baik sekali untuk dimiliki oleh mereka yang bekerja dalam lapangan kesehatan, khususnya dokter umum, dokter anak, ahli gizi dan ahli immunologi

















Lampiran…………..

ETIKA KODE ETIK

“Apa sih, kode etik?” demikian tanya seorang sejawat
saya pada satu kesempatan, padahal kawan itu sudah belasan tahun yang lalu dilantik sebagai dokter. Terlintas dalam benak saya, pada saat itu, apakah selama sekian waktu ia tidak mau tahu atau memang benar-benar tidak tahu tentang hal itu?
Saya hanyá berharap, mudah-mudahan tidak banyak dan para sejawat seperti sang kawan itu. Tulisan ini disusun dengan maksud untuk sekedar menyegarkan kembali pengertian tentang hal tersebut.

SPESIALISASI DAN INTERDEPENDENSI

Pada suatu waktu, pada saat tatanan masyarakat masih
sederhana sekali, setiap orang mengerjakan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Mereka menanam tanaman untuk sumber makanan sendiri, membangun rumah sendiri, dan mendidik anak-anak mereka di rumah.
Jika seseorang sakit, akan diobati di rumah dengan obatobatan buatan sendiri. Jika ada sedikit kelebihan dari kebutuhan mereka, akan disimpan untuk keperluan yang akan dating atau ditukar kepada tetangga yang terdekat. Beberapa generasi yang lalu orang-orang tidak memerlukan tukang leding, tukang listrik dan keahlian lain, padahal sekarang kita
sangat tergantung kepada tukang dengan keahilan tertentu itu.
Makin lama, kebutuhan pelayanan atau penyediaan kebutuhan dirasakan makin meningkat, di lain pihak ada keterbatasan kemampuan manusia untu menyedia kan dan menyelenggarakan semua kebutuhan itu sendiri. Maka sedikit demi sedikit masing-masing kebutuhan itu diselenggarakan oleh orang tertentu. Sehingga, kebutuhan masyarakat ini diselenggarakan
oleh orang yang mengkhususkan diri dalam bidang tertentu untuk kesejahteraan bersama.
Dengan spesialisasi kita akan mendapatkan pelayanan yang lebih tinggi kualitasnya yang dilakukan oleh tenaga-tenaga yang lebih ahli. Kita mampu meningkatkan standar hidup dan mendapatkan
kelonggaran yang tidak didapatkan sebelumnya. Dengan spesialisasi dan saling tukar pelayanan, kita mampu menyediakan lebih banyak pelayanan dan barang-barang, lebih banyak waktu luang yang tersedia untuk seluruh anggota masyarakat.
Tanpa spesialisasi maka mustahil akan terwujud masyarakat yang modern.
Tetapi, di samping spesialisasi ini membawa manfaat bagi perkembangan peradaban manusia, juga dapat berkembang halhal. Yang tidak menguntungkan bagi kepentingan masyarakat Pengantar Redaksi.
Dimulai pada edisi nomor ini, Cermin Dunia Kedokteran akan membuka rubrik baru
– Rubrik Etika – yang akan membahas berbagai aspek Etika Kedokteran. Rubrik ini akan diisi oleh pengarang tamu

- Dr. Drs. Rachmatsyah Said
– seorang psikiater yang sekaligus juga sarjana ilmu filsafat dan mempunyai perhatian khusus
dalam bidang Etik Kedokteran, bidang yang sampai saat ini belum terlalu banyak dibicarakan. Masalah Etika ini sesungguhnya sudah harus mulai diperhatikan karena dengan kemajuan teknologi kedokteran masa kini, banyak hal yang semula tak terpikirkan, kini menjadi mungkin.
Masalah transplantasi organ, bayi tabung dan penentuan saat kematian akan menjadi makin aktual untuk dibicarakan: belum lagi masalah kemungkinan
tuntutan masyarakat yang makin tinggi akan standar dan mutu pelayanan kesehatan.
Semuanya menuntut agar profesi kedokteran selalu tanggap dan dapat mempertahankan mutu pelayanannya.
Harapan kami adalah bahwa rubrik ini dapat menyumbangkan sesuatu yang dapat memperluas wawasan para sejawat, sekaligus mengharapkan tanggapan dan komentar yang bermanfaat bagi kita semua.
Redaksi
Secara keseluruhan. Para spesialis itu, akhir nya, melihat masalah manusia secara segmentaris hanya dari bidangnya saja. Mereka hanya sedikit, atau sama sekali tidak, mengaitkan tugasnya dengan nilai moral bahwa pada hakekatnya bidangnya itu adalah untuk kesejahteraan umat manusia, bukan hanya demi bidangnya saja. Pandangan seperti ini kadangkadang
menimbulkan sikap yang meremehkan masalah
masalah sosial dan hubungan sosial. Para spesialis ini dapat
mengembangkan sikap yang melihat semua masalah hanya dan pandangan bidang spesialisasinya saja. Kecenderungan bersikap segmentaris ini akan menimbulkan akibat yang tidak menguntungkan bagi masyarakat Pertama kelompok-kelompok tersebut dapat menyatakan bahwa bidangnya otonom dan independen, terlepas dan masyarakat. Di samping mereka
mengembangkan kebutuhan yang wajar, mereka dapat mengembangkan aturan aturan atau prinsip pnnsip yang mungkin bertentangan dengan kebutuhan masyarakat Kedua sikap mereka dapat bertentangan atau tidak memperhatikan kritikkritik dari luar kelompoknya, baik yang datang dari perseorangan
atau dari pemerintah Para guru akan berpikir
karena mereka adalah spesialis dalam metode metode dan kebutuhan pendidikan maka kebijaksanaan pendidikan adalah urusan mereka Kelompok dokter cenderung menolak saran atau tekanan dari pasiennya dan dan pelayanan kesehatan masyarakat tentang metode pencegahan yang baru Para ahli hukum berpikir hanya mereka sajalah yang mempunyai kekhususan dalam mengatur masalah aturan aturan lembaga peradilan dan mereka biasanya menganggap bahwa keinginankeinginan perubahan yang berasal dari luar adalah idealism yang tidak tepat. Kelompok ini biasanya lupa, bahwa pelayanan mereka bermakna hanya jika dikaitkan dengan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kadang-kadang mereka tidak ingat, bahwa institusi atau bagian dan masyarakat
tidak dapat menyusun keistimewaan khusus dalam menyusun standar mereka tanpa memperhatikan kepentingan atau tuntutan yang berada dalam masyarakat.
Masyarakat ditandai adanya interdependensi.
Perkembangan yang terburuk, kelompok profesi dapat
berkembang menjadi “persekongkolan yang melawan masyarakat”.
Yang terbaik, kelompok ini dapat meningkat kan kesejahteraan umat manusia dan selanjutnya mengembangkan peradaban manusia.
Makin tinggi tingkat spesialisasi suatu pengetahuan,
makin tinggi ketrampilan, dan makin sedikit yang diketahui masyarakat tentang kualitas dan aspek tèknik dari kegiatan tersebut, maka makin besar kemungkinan timbulnya penyalahgunaan.
Konsekuensinya, perlu dikembangkan dan dipelihara suatu standar perilaku yang tinggi dalam cara
berhubungan dengan masyarakat. Standar tersebut bukan hanya mengatur hubungan antara anggota profesi itu saja, tetapi yang lebih penting, bagaimana hubungannya demi untuk kesejahteraan masyarakat.
Jika ia seorang yang hedonis-egoistik, misalnya, maka
motivasi tindakannya adalah untuk kepuasan pribadi dan memenuhi kebutuhan dirinya saja. Jika ia seorang dokter, Ia akan memberikan pelayanan yang hanya akan meningkatkan pendapatannya saja.
Mungkin ia akan bertindak bertentangan
dengan prinsip kedokteran yang akan menurunkan
angka mobilitas dalam masyarakat. Jika ia seorang
ahli hukum, ia akan menggunakan berbagai taktik untuk memenangkan kasusnya. Ia akan memberikan pelayanan kepada penawar yang tertinggi dan akan membantu pelaku tindakan kriminal untuk melarikan diri jika ia sanggup membayar. Pada sisi lain, jika anggota profesi tersebut memang pada dasarnya mempunyai motivasi untuk mengembangkan kesejahteraan sosial dan masyarakat, dan Ia menerima dan berusaha hidup sesuai dengan standar moral yang tinggi, maka Ia akan merencanakan hidupnya dalam tugas sesuai dengan kemanusiaan. Jika Ia seorang dokter, ia memberikan
pelayanan yang efisien dan akan melayani orang tidak
mampu sama ramahnya dengan melayani orang kaya. Jika ia seorang ahli hukum, akan bertekad bahwa hukum harus ditegakkan dan kriminalitas harus diberantas.

KELOMPOK PROFESI
Kelompok profesi terdiri dari kelompok orang tertentu yang mempunyai ketrampilan khusus, dan dengan ketrampilannya itu ia dapat melakukan fungsi tertentu dalam masyarakat yang lebih baik dan anggota masyarakat lain. Atau dapat juga dikatakan, kelompok profesi adalah kelompok tertentu
yang anggota-anggotanya mempunyai pengetahuan khusus, dan dengan kemampuannya itu maka dapat memberi nasehat atau pelayanan kepada orang lain dalam bidang tersebut. Pengetahuan khusus itu mereka dapatkan melalui pendidikan, atau pengalaman, atau pendidikan dan pengalaman bersama-sama.
Ada beberapa karakteristik dari kelompok-kelompok
profesi, yaitu:
• Persiapan atau pendidikan khusus. Persiapan ini termasuk
pengetahuan yang akurat yang merupakan dasar bagi tindakan profesi tersebut, dan kemampuan menerap kan pengetahuannya itu dalam praktek. Misalnya, seorang dokter harus mengetahui prinsip-pninsip ilmiah yang mendasari praktek kedok teran dan mempunyai ketrampilan untuk mengenal gejalagejala penyakit tertentu dan dapat memberikan terapi yang tepat.
• Keanggotaan yang tetap dan jelas. Semua kelompok profesi berusaha untuk menyingkirkan anggota amatir, seperti dokter gadungan. Keanggotaannya adalah selalu orang-orang yang
bermaksud melakukan fungsinya atau tugasnya untuk mencapai kehormatan dan tidak menghadap inya sebagai suatu paksaan. Jika batas antara anggota amatir dan anggota profesi tidak jelas. maka standar profesi itu akan terancam sangat
serius. Untuk menentukan hal ini, maka setiap anggota profesi harus mempunyai lisensi atau surat keterangan yang mengizinkannya untuk praktek.
• Motif kesediaan untuk bertugas.
Kesediaan ini, yang berbeda dengan motif untuk menumpuk uang, adalah khas bagi setiap profesi. Tujuan suatu pnofesi bukanlah untuk menghasil kan uang, tetapi untuk meningkatkan kesehatan atau pengetahuan atau hukum yang baik. Sudah barang tentu kegiatan profesi juga adalah suatu mata pencaharian. Anggota profesi tersebut memerlukan dan dibenarkan untuk mendapatkan
kompensasi yang memungkinkannya untuk dapat
hidup layak, berpakaian cukup baik, mampu membeli buku dan berlangganan majalah serta koran, dan melengkapi alat
alat agar ia dapat menjalankan profesinya dengan baik sehingga dapat memberikan pengabdiannya kepada masyarakat dengan baik. Tanpa hal ini. maka sulit bagi mereka untuk mencapai sukses.

Puluhan tahun yang lalu, Profesor Banting menemukan insulin yang dapat dipakai untuk mengo bati pasien diabetes. Jika ia merahasiakan penemuan nya itu dan hanya mengobati atau memberikannya hanya kepada orang-orang kaya saja, maka ia akan dapat menumpuk kekayaannya. Tetapi, justru sebaliknya, ia mengungkapkan penemuannya itu yang memungkinkan dipakai oleh para dokter di seluruh penjuru dunia. ini yang menunjukkan bahwa motif untuk melayani masyarakat adalah berbeda sekali dengan motif untuk mengumpulkan uang, yang sebenarnya mungkin jika dilakukan oleh kelompok profesi tersebut.

MORAL, HUKUM DAN ETIKA PROFESI

Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Jadi bukan mengenai baik-buruknya begitu saja, misalnya sebagai dosen, tukang masak, pemain bulu
tangkis atau penceramah, melainkan sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dan segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dan segi baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.



Itulah kekhususan norma moral. Ada banyak macam
norma yang harus kita perhatikan. Ada norma-norma khusus yang hanya berlaku dalam bidang atau situasi khusus. Misalnya, aturan bahwa bola tidak boleh disentuh dengan tangan, hanya berlaku kalau dan sewaktu kita main bola dan kita bukan kiper. Begitu kita berhenti main, aturan itu dapat kita lupakan. Begitu pula aturan agama hanya berlaku bagi
anggota agama itu. Peraturan tata tertib di kampus universitas hanya berlaku selama kita berada di kampus itu. Normanorma ini semua bersifat khusus.
Norma umum ada tiga macam: norma sopan santun,
norma hukum dan norma moral. Norma-norma sopan santun menyangkut sikap lahiriah manusia. Meskipun sikap lahiriah dapat mengungkapkan sikap hati dan karena itu mempunyai kualitâs moral, namun sikap lahiriah sendiri tidak bersifat moral. Orang yang melanggar norma kesopanan karena kurang
mengetahui tata krama di daerah itu, atau karena dituntut oleh situasi (misalnya kita mendorong ibu bupati sampai jatuh ke sawah supaya tidak tertabrak oleh truk yang remnya blong) tidak melanggar norma-norma moral Begitu pula halnya norma-norma hukum. Setiap masyarakat mengenal hukum. Norma-norma hukum adalah normanorma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan umum.
Norma, hukum adalah norma yang tidak dibiarkan dilanggar. Orang yang melanggar norma hukum, pasti akan dikenai hukuman sebagai sangsi. Tetapi norma hukum tidak sama
dengan norma moral. Dapat terjadi bahwa demi tuntutan suara hati, jadi demi kesadaran moral, kita harus melanggar hukum. Kalaupun kita kemudian dihukum, hal itu tidak berarti bahwa kita ini orang buruk. Hukum tidak dipakai untuk mengukur baik-buruknya seseorang sebagai manusia, melainkan untuk menjamin tertib umum.
Norma-norma moral adalah tolok-ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan norma-norma moral kita betul-betul dinilái. Itulah sebabnya penilaian moral selalu berbobot. Kita tidak dilihat dari salah satu segi, melainkan sebagai manusia. Apakah seseorang adalah penjahit yang baik, warga negara yang selalu taat dan
Selalu bicara sopan belum mencukupi untuk menentukan apakah ia betul-betul seorang manusia yang baik. Barangkali ia seorang yang munafik. Atau ia mencari keuntungan. Apakah kita ini baik atau buruk itulah yang menjadi permasalahan bidang moral. Etika profesi memperhatikan masalah ideal dan praktekpraktek yang berkembang karena adanya tanggung jawab dan hak-hak istimewa dan anggota profesi tersebut. Etika profesi ini merupakan ekspresi dan usaha untuk menjelaskan keadaan yang belum jelas dan masih samar-samar. Etika profesi merupakan penerapan nilai-nilai moral yang umum dalam bidang khusus ini. Dan ini lebih dikonkritkan lagi dalam kode etik. Kode etik merupakan hasil karya yang
menyatakan kesadaran moral dan anggota profesi tersebut dalam masalah-masalah khusus. Kode etik merupakan kristalisasi dan pandangan moral dan mejelaskan sikap perilaku dalam bidang tersebut.

KODE ETIK
Suatu kode adalah suatu , kumpulan (=codex; bahasa Latin) peraturan dan, oleh dan untuk suatu kelompok orang yang berkarya dalam bidang tertentu. Untuk anggota profesi yang bekerja di lapangan, kode etik menjadi kekuatan penuntun.
Terutama untuk profesi kedokteran dan hukum
yang telah menyusun standar yang tetap untuk dipakai oleh para anggotanya atau mereka akan kehilangan status profesinya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan perlunya kode etik itu ditulis. Pertama, kode etik penting sebagai kontrol
sosial. Ini yang akan menegaskan kepada. anggota baru bagaimana seharusnya bertindak sesuai dengan profesi dan untuk anggota lama agar tetap bertindak sesuai dalam batas garis yang seharusnya. Semakin kompleks masyarakat dan semakin banyak spesialisasi akan menimbulkan kesulitan untuk menentukan,
apakah anggota profesi yang bersangkutan menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Kemudian, seandainya timbul pertentangan antar anggota profesi tersebut atau antara anggota profesi dengan anggota masyarakat, yang manakah yang harus dimenangkan? Ke dua, kode etik profesi mencegah campur tangan masyarakat atau pemerintah terhadap masalah-masalah khusus dalam profesi tersebut. Jika dibutuhkan tingkat standar tertentu,
siapakah yang berhak menentukan batas tindakan yang baik ? Apakah hukum akan berusaha mengatur secara terperinci tentang tindakan dokter dalam melayani pasien atau
dalam hubungannya dengan dokter lain? Ada tindakan tertentu dan manusia yang tidak memungkinkan hukum menjadi alat kontrol yang bermanfaat, juga prinsip moral yang umum sukar untuk diterapkan, sehingga diperlukan standar-standar dan perjanjian-perjanjian tertentu. Anggota profesi yang bersangkutanlah yang harus mengorganisir dan memantapkan
standardisasi dan kelompoknya. Kode etik ini diperlu kan untuk melindungi anggota tersebut dan sekaligus juga untuk melindungi anggota masyarakat dan tindakan anggota profesi yang tidak tepat. Ke tiga, kode etik profesi penting untuk memelihara dan meningkatkan standar sikap dan tindakan anggota-anggotanya.
Kode etik disusun berdasarkan sesuatu yang dianggap sebagai sikap dan prosedur yang tepat. Dan ini lebih mudah lagi difahami dan lebih efektif lagi dijalankan oleh anggota profesi itu jika telah ditetapkan dan diperinci dengan jelas.
Kode etik merupakan hasil kristalisasi pendapat dan keputusan yang dianggap terbaik dalam profesi tersebut. ini akan menghilangkan salah faham atau pertentangan-pertentangan. Ini juga memungkinkan kelompok tersebut untuk menekan anggota
yang akan menurunkan martabat atau mencemarkan nama baik kelompok profesi tersebut.
Jadi, tampaklah bahwa kelompok profesi itu sendiri
sebenarnya yang paling mengetahui tentang standar yang paling tepat, baik dalam hubungan antar anggota atau pun antara anggota profesi dengan anggota masyarakat. Jika timbul suatu pelanggaran terhadap kode etik ini, maka persatuan
profesi itu sendirilah yang harus menindaknya. Sehingga dalam organisasi profesi itu harus ada badan kehormatan yang mempunyai wewenang untuk mengoreksi penyimpangan- penyimpangan seperti itu.

KODE ETIK KEDOKTERAN
Profesi kedokteran, secara langsung atau pun tidak, terikat erat dengan keinginan-keinginan dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk dapat menjadi anggota profesi ini harus disahkan dengan surat izin dari pemerintah, tetapi masyarakat kedokteran ikut berperanan dalam menjaga standar dan mencegah orang-orang yang tidak memenuhi kualifikasi untuk berpraktek sebagai anggota profesi tersebut. Secara individual,
yang paling mengenal dokter-dokter adalah kelompok dokterdokter di daerah tersebut.
American Medical Association (AMA) didirikan pada 1847. Setahun kemudian mereka mensahkan kode etik. Kode etik ini, dengan sedikit perubahan, merupakan kode yang ditulis Dr. Thomas Percival dan dipublikasikan di Inggris sekitar 1803. Percival menulis kode ini sebagai serangkaian petun juk untuk anaknya yang akan memasuki profesi tersebut.
Kode ini mengandung ide-ide yang sudah berkembang
sejak ribuan tahun, seperti hukum Hammurabi – kumpulan hukum tertua (2100 SM) yang masih bertahan – yang mengungkapkan masalah imbalan untuk dokter dan sangsi jika timbul cedera, dan Sumpah Hippokrates (460–359 SM?)
yang terkenal, yang juga menyusun tentang tugas seorang dokter. Dari waktu ke waktu kode etik itu selalu diperbaiki dan ditambah.
Vereniging van Jndische Artsen, cikal bakal Ikatan Dokter Indonesia (IDI), berdiri pada tahun 1911. Organisasi ini terus berkembang, sedangkan Muktamar IDI yang pertama dilangsungkan di Jakarta pada tahun 1950. Kode Etik Kedokteran Indonesia disusun oleh Musyawarah Kerja Susila Kedokteran
Nasional pada tahun 1969, dan mengalami perbaikan pada tahun 1983.
Sumpah Hippokrates yang menjadi acuan dan kode etik kedokteran di berbagai negara dan tingkat internasional berisi kewajiban-kewajiban moral, yang berdasarkan prinsip moral berbuat baik (beneficence), prinsip moral tidak merugikan (nonmaleflcence), dan prinsip kesetiakawanan. Kewajibankewajiban moral itu dibebankan kepada para dokter secara sukarela atas diri mereka sendiri, yang diperkuat dengan sumpah profesi mereka. Kode-kode etik kedokteran tersebut mengatur.
Hubungan antara dokter dengan pasiennya sebagai hubungan antara dua insan. Yang satu (pasien) dengan keluhan penyakit yang membutuhkan pertolongan, dan yang lain (dokter) yang berusaha memberi pertolongan pengobatan. Karena menyadari, bahwa dalam hubungan ini si penderita adalah pihak yang
lemah dan tidak berdaya sedangkan si dokter adalah pihak yang kuat dan berkuasa, maka untuk mengimbangi keadaan yang tidak seimbang ini disusunlah berbagai peraturan kewajiban dan larangan untuk sejauh mungkin melindungi si penderita terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan
oleh si dokter, jika sang dokter hanya berusaha untuk kepentingan pribadinya dengan merugikan kepentin gan penderita.
























DAFTAR PUSTAKA

1. Gani KS, K Bertens. Mengapa Etika Biomedis Itu Perlu? Diktat PPE Atma Jaya. Jakarta, 1986.
2. leuken A dkk. Ensikiopedi Etika Medis, Jakarta 1979.
3. Magnis-Suseno F. Etika Dasar, Masalah-masalah pokok Filsafat Moral. Jakarta; 1987. hal. 18–20.
4. Panitia Redaksi Musyawarah Kerja Susila Nasional. Kode Etik Kedoktera
Indonesia. Jakarta, 1969.
5 Titut H. Ethics For Today, New York: 1957; hal. 278–306.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar