Rabu, 17 Maret 2010

PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

MODUL 1
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan

1. Secara lebih khusus, inti kurikulum adalah pengalaman belajar, bukan sekadar mempelajari mata pelajaran, dan yang terpenting adalah memperoleh pengalaman kehidupan.
2. Dalam proses penjabarannya, suatu kurikulum tidak terlepas dari tujuan, isi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
3. Fungsi kurikulum bagi guru adalah sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
4. Antara kurikulum dengan buku teks terjadi hubungan timbal balik, di mana antara satu dengan yang lain saling menunjang.
5. Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum adalah menentukan tujuan, menetapkan isi, merumuskan proses pembelajaran, dan memberikan penilaian kurikulum (evaluasi).

Kegiatan Belajar 2
Landasan dan Tingkatan dalam Pengembangan Kurikulum

1. Pada umumnya dalam membina kurikulum kita berpegang pada asas-asas berikut.
1. Asas filosofis, berkenaan dengan filsafat dan tujuan pendidikan.
2. Asas psikologis, berkenaan dengan psikologi belajar dan psikologi anak.
3. Asas sosiologis, berkenaan dengan keadaan sosial budaya masyarakat.
4. Asas organisatoris, berkenaan dengan bentuk organisasi kurikulum.
2. Prinsip-prinsip yang dianut dalam mengembangkan kurikulum antara lain:
1. berorientasi pada tujuan,
2. kontinuitas,
3. fleksibilitas, dan
4. integritas.
3. Lima hal yang harus dilakukan guru dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat operasional adalah:
1. mengembangkan Tujuan Instruksional Khusus atau Tujuan Pembelajaran Khusus,
2. mengembangkan cara/alat evaluasi,
3. merumuskan bahan,
4. menentukan bentuk kegiatan pembelajaran, dan
5. melaksanakan program.

MODUL 2
: KECERDASAN GANDA (MULTIPLE INTELLIGENCES)

Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Jenis-jenis Kecerdasan Ganda

1. Pada dasarnya semua orang cerdas, tergantung pada jenis inteligensi mana mereka mengasah kecerdasannya, karena semua orang memiliki struktur otak yang sama.
2. Setiap jenis inteligensi atau kecerdasan tidak berdiri sendiri. Setiap jenis kecerdasan saling terkait satu sama lain.
3. Kecerdasan seseorang dapat hilang sejalan dengan kerusakan otak, baik karena sakit ataupun kecelakaan.

Kegiatan Belajar 2
Cara Meningkatkan Kecerdasan

1. Kecerdasan adalah sehimpunan kemampuan dan keterampilan. Kecerdasan dapat ditingkatkan dengan cara belajar yang mengembangkan kemampuannya secara penuh.
2. Cara baru dalam melihat kecerdasan adalah dengan mengidentifikasi pendekatan yang dilakukan dalam mempelajari isi/materi/subjek pelajaran.
3. Jika suatu jenis kecerdasan ditingkatkan maka materi kecerdasan lain yang terkait akan ikut meningkat.
4. Jika orang mampu menggunakan inteligensi/kecerdasannya yang paling kuat maka mereka akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan. Orang seperti inilah yang dikatakan cerdas.
5. Prinsip kerja otak sama dengan prinsip kerja otot. Semakin banyak dilatih, semakin berkembang, semakin sedikit dilatih, semakin lemah kemampuannya.

MODUL 3
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Motivasi Belajar

Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respons, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek perilaku.

Berdasarkan sumber penyebabnya motivasi dikategorikan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Sumber motivasi intrinsik adalah minat, kesenangan, kebutuhan yang berasal dari dalam diri siswa, sedangkan motivasi ekstrinsik sangat tergantung pada faktor luar sebagai konsekuensi perilaku. Guru dapat melakukan tindakan atau kegiatan untuk mengubah motivasi siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar.

Kegiatan Belajar 2
Peran Motivasi dalam Proses Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa.

Peranan guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada siswa secara individual.

Berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi dapat dijelaskan dengan menggunakan berbagai teori, di antaranya Maslow dengan hierarki kebutuhannya, kebutuhan untuk berprestasi, teori atribusi, dan model ARCS. Berbagai faktor yang dijelaskan perlu dipahami dan dipertimbangkan dalam merancang kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Belajar 3
Lingkungan Belajar yang Memotivasi Proses Belajar Siswa

Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa memerlukan kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sejauh mungkin siswa perlu didorong untuk mampu menata belajarnya sendiri dan menggunakan interaksi antarpribadi dengan teman dan guru untuk mengembangkan kemampuan kognitif/intelektual dan kemampuan sosial. Di samping itu, keterlibatan orang tua dalam belajar siswa perlu diusahakan, baik berupa perhatian dan bimbingan kepada anak di rumah maupun partisipasi secara individual dan kolektif terhadap sekolah dan kegiatannya.

MODUL 4
BELAJAR MELALUI PENGALAMAN(EXPERIENTIAL LEARNING)

Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Model-model Belajar melalui Pengalaman

1. Belajar melalui pengalaman (experiential learning) mengacu pada proses belajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam masalah atau materi yang sedang dipelajari.
2. Berdasarkan konsep belajar melalui pengalaman, segala aktivitas kehidupan yang dialami individu merupakan sarana belajar yang dapat menciptakan ilmu pengetahuan.
3. Model "Action Research and Laboratory Training" yang dikemukakan oleh Lewin mengemukakan bahwa belajar, perubahan, dan pertumbuhan terjadi melalui penghayatan pengalaman sekarang-dan-di sini, yang diikuti oleh pengumpulan data dan observasi terhadap pengalaman serta analisis data. Hasil dari analisis data inilah yang digunakan untuk memperbaiki pengetahuan dan memilih pengalaman baru.
4. J. Dewey mengemukakan bahwa belajar merupakan proses dialektis yang mengintegrasikan pengalaman dengan konsep, observasi, dan tindakan.
5. Piaget mengemukakan bahwa belajar merupakan siklus interaksi antara individu dengan lingkungan, dengan unsur pokok terletak pada interaksi yang menguntungkan antara proses akomodasi konsep terhadap pengalaman nyata dengan proses asimilasi pengalaman terhadap konsep yang dimiliki.

Kegiatan Belajar 2
Modus dan Karakteristik Belajar melalui Pengalaman

1. Proses belajar melalui pengalaman mencakup 4 modus belajar adaptif, yaitu pengalaman konkret, observasi reflektif, konseptualisasi abstrak, dan eksperimentasi aktif.
2. Dalam keempat modus belajar tersebut terdapat dua dimensi yang berbeda, yaitu penangkapan atau pemahaman pengalaman (dimensi prehension) dan pengubahan atau pengolahan pengalaman (dimensi transformasi).
3. Empat bentuk pengetahuan yang dihasilkan dari keempat modus belajar dengan dua dimensi tersebut adalah pengetahuan divergen, asimilatif, konvergen, dan akomodatif.
4. Karakteristik belajar melalui pengalaman adalah sebagai berikut.
1. Belajar lebih dipersepsikan sebagai proses, bukan sebagai hasil.
2. Belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan yang berpijak pada pengalaman.
3. Proses belajar menuntut penyelesaian pertentangan antara modus-modus dasar untuk beradaptasi dengan lingkungan.
4. Belajar merupakan proses adaptasi terhadap dunia luar secara utuh.
5. Belajar merupakan transaksi antara individu dengan lingkungan.
6. Belajar merupakan proses menciptakan ilmu pengetahuan.

MODUL 5
PERAN LINGKUNGAN BELAJAR DAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

Kegiatan Belajar 1
Penataan Lingkungan Belajar dalam Pembelajaran

1. Keadaan lingkungan fisik dan psiko-sosial kelas sangat berpengaruh terhadap terciptanya proses pembelajaran yang efektif.
2. Lingkungan fisik kelas yang mempengaruhi lancarnya pembelajaran adalah tatanan ruangan kelas dan isinya.
3. Dalam menata ruangan kelas, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip keleluasaan pandangan (visibility), kemudahan dalam mencapai (accessibility), keluwesan (flexibility), kenyamanan dan keindahan.
4. Dalam menata tempat duduk siswa, guru harus memperhatikan tujuan dan strategi pembelajaran.
5. Persyaratan atau perilaku guru yang dapat menunjang terciptanya hubungan antarsiswa yang baik di kelas, antara lain adalah disukai oleh siswa, memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya, akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa, bersikap positif terhadap pertanyaan atau pendapat siswa, serta sabar, teguh, dan tegas.
6. Hubungan antarsiswa yang baik dapat ditingkatkan melalui kegiatan kelompok, baik belajar kelompok maupun bekerja kelompok.

Kegiatan Belajar 2
Peran Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

Dalam setiap kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk berperan sebagai pengajar (instructor) dan sekaligus sebagai manajer (manager). Kedua peran tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Sebagai pengajar, guru dituntut untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Untuk dapat melakukan perannya sebagai pengajar,guru harus:

1. memiliki informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran (sebagai manusia sumber);
2. mampu menyampaikan informasi dengan tepat (sebagai komunikator);
3. mampu mengarahkan kegiatan pembelajaran (sebagai moderator);
4. mampu menilai keberhasilan pembelajaran (sebagai evaluator);
5. mampu membantu siswa mengatasi masalah yang dihadapinya (sebagai pembimbing);
6. mampu mengatur dan memonitor pelaksanaan pembelajaran (sebagai organisator).

Sebagai manajer, guru dituntut untuk menciptakan situasi kelas yang kondusif bagi pembelajaran sehingga siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Agar siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, guru hendaknya:

1. menunjukkan sikap positif terhadap siswa;
2. memberikan tugas atau kegiatan yang bermakna, sesuai, dan menarik bagi siswa;
3. menunjukkan semangat mengajar;
4. menerapkan disiplin secara fleksibel;
5. memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan kelompok;
6. memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan self-evaluation;
7. memberikan balikan positif terhadap hasil kerja siswa;
8. memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh kebanggaan dari hasil kerjanya.

Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan guru dalam melakukan kedua peran tersebut secara utuh.

MODUL 6
PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Belajar 1
Kegiatan Remedial

Kegiatan remedial adalah kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Sesuai dengan pengertiannya, tujuan kegiatan remedial ialah membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, fungsi kegiatan remedial adalah:

1. memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru (fungsi korektif);
2. meningkatkan pemahaman guru dan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya (fungsi pemahaman);
3. menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa (fungsi penyesuaian);
4. mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran (fungsi akselerasi); dan
5. membantu mengatasi kesulitan siswa dalam aspek sosial-pribadi (fungsi terapeutik).

Perbedaan kegiatan remedial dari pembelajaran biasa terletak pada pendekatan yang digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan remedial direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan individu atau kelompok siswa. Sedangkan pembelajaran biasa menerapkan pendekatan klasikal, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya.

Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif); setelah kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar (kuratif); atau selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa (pengembangan).

Dalam melaksanakan kegiatan remedial guru dapat menerapkan berbagai metode dan media sesuai dengan kesulitan yang dihadapi dan tingkat kemampuan siswa serta menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan remedial adalah:

1. analisis hasil diagnosis kesulitan belajar,
2. menemukan penyebab kesulitan,
3. menyusun rencana kegiatan remedial,
4. melaksanakan kegiatan remedial, dan
5. menilai kegiatan remedial.

Kegiatan Belajar 2
Kegiatan Pengayaan

Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya.

Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal.

Tugas yang dapat diberikan guru pada siswa yang mengikuti kegiatan pengayaan di antaranya adalah memberikan kesempatan menjadi tutor sebaya, mengembangkan latihan praktis dari materi yang sedang dibahas, membuat hasil karya, melakukan suatu proyek, membahas masalah, atau mengerjakan permainan yang harus diselesaikan siswa. Apapun kegiatan yang dipilih guru, hendaknya kegiatan pengayaan tersebut menyenangkan dan mengembangkan kemampuan kognitif tinggi sehingga mendorong siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan.

Dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru harus memperhatikan:

1. faktor siswa, baik faktor minat maupun faktor psikologis lainnya,
2. faktor manfaat edukatif, dan
3. faktor waktu.

Upaya peningkatan motivasi belajar

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada observasi awal mengamati jalannya proses kegiatan belajar mengajar
di kelas VIII-B SMPN 8 Malang, yang berlangsung di ruang IPA 1 untuk
membahas materi pelajaran usaha dan energi. Setelah guru memberikan apersepsi,
siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok tanpa mempertimbangkan
aspek heterogenitas siswa. Kelompok dibentuk secara acak berdasarkan tempat
duduk yang terdekat saja. Siswa disuruh guru untuk membaca petunjuk
praktikum dalam buku LKS, tetapi siswa kurang serius dalam membacanya. Guru
selanjutnya menyuruh siswa untuk mengambil alat dan bahan praktikum yang
telah disediakan. Beberapa kelompok ternyata menerima alat dan bahannya tidak
lengkap.
Hasil dari wawancara dengan guru bidang studi IPA di kelas VIII-B SMP
Negeri 8 Malang menyatakan sependapat bahwa motivasi belajar fisika siswa
kelas VIII-B masih perlu ditingkatkan. Hal tersebut sesuai yang dialami guru pada
saat melakukan proses diskusi kelompok. Motivasi belajar fisika siswa di kelas
masih terlihat rendah dan kurang bergairah dalam mengikuti kegiatan diskusi
kelompok, hanya ada satu sampai dua kelompok yang terlihat antusias dalam
mengikuti pelajaran dari sepuluh kelompok yang ada. Aktivitas siswa dalam
kelompok kurang optimal, terlihat kegiatan kelompok hanya dikerjakan oleh satu
anggota. Hal tersebut juga tampak saat kelompok melakukan presentasi hasil
1
2
diskusi kelompok di depan kelas. Hanya ada dua dari empat siswa yang aktif
dalam presentasi kelas, sedangkan dua siswa yang lain hanya mengikut saja.
Pada saat siswa dalam diskusi kelompok tampak kurang adanya motivasi
belajar. Hal ini terlihat dari perhatian siswa tidak segera membaca petunjuk
pratikum. Siswa masih sering memperhatikan hal lain seperti memainkan alat-alat
pratikum, pensil, buku, dan berbicara dengan teman kelompok lain. Waktu belajar
siswa banyak yang terbuang percuma untuk kegiatan yang kurang bermanfaat.
Kegiatan diskusi kelompok kurang optimal, sebab semua anggota kurang terlibat
secara aktif dalam menyampaikan pendapat atau hasil pengamatan.
Motivasi belajar siswa juga dapat diamati dari kurang semangatnya siswa
melakukan kegiatan belajar. Siswa tampak canggung ketika hendak memulai
menggunakan alat-alat itu. Alat yang telah dibagikan pada tiap kelompok tidak
segera digunakan untuk melakukan praktikum. Juga tidak tampak adanya diskusi
antar anggota dalam suatu kelompok. Sebagian siswa justru menggunakan alatalat
itu pada fungsi yang tidak seharusnya. Dinamometer yang seharusnya
digunakan untuk mengukur berat beban yang tersedia, oleh siswa digunakan
untuk mengukur berat kotak pencil dan lain-lain. Dalam kondisi yang serba
kesulitan seperti itu tidak satu pun siswa yang bertanya kepada guru. Tidak
nampak adanya kerjasama antar anggota kelompok untuk mengatasi masalah
mereka. Satu atau dua siswa dalam tiap-tiap kelompok ada yang berusaha
mengatasi kesulitan itu dengan membolak-balik buku LKS-nya, sementara
anggota yang lain tampak acuh tak acuh. Praktikum itu berlangsung berlarut-larut
dan banyak membuang waktu. Akibatnya kegiatan mengangkat beban dengan
menggunakan dinamometer dan menggerakkannya dari lantai ke atas meja
3
berlangsung lebih dari satu jam pelajaran. Pada akhir pembelajaran banyak dari
kelompok kerja yang belum menyelesaikan tugasnya.
Berdasarkan fakta-fakta di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
masalah pembelajaran di kelas VIII-B yang perlu segera dicari solusinya.
Masalah-masalah itu antara lain adalah masalah rendahnya motivasi belajar dan
masalah rendahnya penguasaan ketrampilan proses sains siswa. Dari dua masalah
yang nampak, dicoba dicari pemecahan masalah tentang motivasi belajar siswa
yang rendah. Indikasi kuat yang menunjukkan motivasi belajar siswa VIII -B
rendah adalah: (1) perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang
dan perlu ditingkatkan, (2) waktu belajar belum mampu dimanfaatkan secara
optimal, (3) kerjasama antar anggota kelompok rendah, (4) antusias dalam diskusi
kelompok masih rendah, dan (5) penyelesaian tugas kelompok kurang tepat
waktu.
Sebenarnya guru mata pelajaran IPA kelas VIII-B di SMP Negeri 8
Malang telah berusaha mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif
agar siswa lebih aktif. Usaha tersebut diantaranya: pengamatan objek langsung,
diskusi kelompok mengerjakan LKS , menggunakan media yang ada di sekolah,
dan mengunakan metode tanya-jawab. Namun hasilnya belum dapat secara
menyeluruh meningkatkan secara optimal motivasi belajar fisika siswa pada
khususya. Guru belum secara optimal memberikan bimbingan pada saat diskusi
kelompok, kurang variasi dalam menggunakan media belajar, dan kurang
memberikan penghargaan pada kelompok yang berprestasi.
Masalah rendahnya motivasi belajar siswa di atas perlu segera adanya
solusi, maka diterapkannya model pembelajaran cooperatif tipe STAD (Student
4
Teams Achievement Devisions). Pembelajaran kooperatif ini menjadi pilihan
karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,
karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antar siswa
dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif juga memberikan pengalaman
sosial dalam lingkungan belajar yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan
ilmiah. Pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam peneltian tindakan kelas
ini adalah tipe Student Team Achievement Division (STAD), karena tipe STAD
merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru pengajar
belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Di samping itu
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk
menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja
sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman (Ibrahim,
2000). Pembelajaran yang mengembangkan diskusi dan kerja kelompok
memberikan aktivitas lebih banyak pada siswa. Pernyataan ini didukung pendapat
Nasution (2000 : 92), bahwa metode diskusi, kerja kelompok, pekerjaan di
perpustakaan dan laboratorium banyak membangkitkan aktivitas pada siswa.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka dilakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatkan Motivasi Belajar Fisika
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas VIII-B SMPN 8
Malang Semester II Tahun 2008/2009”.
B. Rumusan Masalah
5
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di kelas
VIII-B SMPN 8 Malang?
2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar fisika siswa dalam Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD?
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar fisika
siswa kelas VIII-B SMPN 8 Malang pada semester genap tahun 2008/2009.
E. Manfaat Penelitian
F. Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Masalah
G. Definisi Operasional
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi dalam Belajar
Motivasi memiliki beberapa fungsi dalam proses belajar siswa antara lain:
(1) mendorong manusia untuk berbuat, (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke
arah tujuan yang hendak dicapai, (3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan
(Sardiman, 2008). Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan
mencapai prestasi. Seorang siswa melakukan usaha belajar dengan sungguhsungguh
karena adanya motivasi. Adanya motivasi belajar yang baik dalam
belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula.
Timbulnya motivasi pada diri siswa ditunjukkan dengan suatu tindakan
tertentu dalam belajar. Motivasi belajar yang ada pada diri seseorang memiliki
ciri-ciri antara lain: (a) tekun menghadapi tugas, (b) ulet dalam menghadapi
kesulitan, (c) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, (d) lebih
senang bekerja, (e) cepat bosan dengan hal-hal yang rutin, (f) dapat
mempertahankan pendapatnya, (g) tidak mudah melepas yang diyakini, (h) senang
mencari dan memecahkan masalah (Sardiman, 2008: 83).
Menurut Uno (2008:23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: (1) adanya hasrat ingin berhasil, (2) adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita, (4) adanya
penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6)
8
7
adanya lingkungan belajar yang kondusif. Apabila seseorang memiliki ciri-ciri
yang tersebut di atas, maka dikatakan telah memilki motivasi belajar yang sangat
baik.
Adanya motivasi belajar siswa dapat ditandai dengan 6 macam tingkah laku
atau dimensi (Louisell dan Descamps dalam Pudjo, 2008). Tingkah laku siswa
tersebut antara lain: (1) perhatian siswa selalu terfokus saat mengikuti pelajaran,
(2) siswa banyak menghabiskan waktunya untuk belajar, (3) usaha belajar siswa
sangat intensif banyak tenaga dan kemampuan untuk belajar, (4) merasa senang
saat mengikuti pelajaran atau situasi belajar, (5) melakukan kegiatan belajar di
luar jam pelajaran atau istirahat, (6) menyelesaiakan tugas belajar dengan baik.
Hakikat dari motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam dan
luar diri siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan pada tingkah
laku dan keinginan untuk belajar lebih semangat lagi. Menurut Wahyuni (2008)
Indikator atau petunjuk yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi motivasi belajar
siswa adalah sebagai berikut: (a) adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil
dalam belajar, (b) adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar, (c)
memiliki harapan dan cita-cita masa depan, (d) adanya pemberian penghargaan
dalam proses belajar, dan (e) adanya lingkungan yang kondusif untuk belajar
dengan baik.
B. Motivasi Belajar Dalam Kelompok
Belajar secara kelompok merupakan strategi mengajar yang menyertakan
partisipasi anak dalam aktivitas kelompok kecil yang mengembangkan interaksi
8
positif. Pemikiran ini menjadikan alasan untuk menggunakan strategi belajar
secara kooperatif di kelas-kelas, cara menerapkan strategi, dan keuntungan jangka
panjang bagi pendidikan anak. Pada kegiatan belajar kelompok ini siswa betulbetul
dituntut perhatiannya kepada pelajaran, karena mereka harus mengkait--
kaitkan materi pelajaran dan berusaha membeberkan atau mencetuskan
pendapatnya sendiri.
Ditinjau dari proses berfikir yang dilakukan oleh peserta didik, diduga
pengajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok lebih sesuai bagi
siswa yang bermotivasi rendah. Pada metode mengajar ini keaktifan belajar siswa
banyak mendapat bantuan dari rekan kelompok, pemimpin kelompok dan guru.
Selama dalam penelitian ini, diskusi kelompok sebaiknya terus dipantau oleh
guru. Pemantauan dan bimbingan selama dalam diskusi bertujuan
meminimalkan terjadinya deviasi diskusi. Di samping itu, agar interaksi
sesama siswa dapat berjalan lebih baik, alokasi waktu diberikan secara lebih
luas.
Kegunaan metode pembelajaran dengan diskusi kelompok akan
menumbuhkan motivasi belajar siswa antara lain: (a) membangkitkan pelajaran
untuk mampu hidup dan belajar secara kelompok, (b) membangkitkan daya kerja
sama, (c) menumbuhkan sifat kerja bersama dalam mencari dan memecahkan
masalah, (d) membangkitkan rasa ingin tahu. Ketika anak-anak mulai
mengerjakan tugas, kerja sama dapat memberikan kesempatan untuk membagi
ide, belajar bagaimana mengerti pikiran orang lain dan memberi reaksi terhadap
masalah, serta mempraktekkan keterampilan bahasa lisan dalam kelompok kecil.
Belajar secara koperatif sejak permulaan masa kanak-kanak dapat
9
mengembangkan perasaan positif terhadap sekolah, guru dan teman sebaya.
Perasaan-perasaan ini menjadi dasar penting untuk keberhasilan selanjutnya di
sekolah.
Motivasi anak untuk belajar di sekolah bergantung pada kebutuhan
psikologi dasar mereka untuk bersosialisasi. Belajar secara koperatif
meningkatkan motivasi siswa untuk memberikan dukungan kepada teman sebaya.
Sebagai bagian dari tim belajar, siswa dapat mencapai keberhasilan dengan cara
kerja sama yang baik dengan teman- temannya. Siswa juga didorong mempelajari
bahan-bahan secara lebih mendalam dari hal yang telah dipelajari, dan
memikirkan cara kreatif untuk meyakinkan guru bahwa mereka telah menguasai
bahan yang dibutuhkan.
Pada belajar tingkat ini, perhatian guru adalah mengajar anak untuk
berbagi pengalaman, berbuat baik, dan menunjukkan kelembutan tingkah laku
kepada orang lain. Aktivitas yang tersusun yang mengembangkan kerja sama
dapat membantu membawa hasil yang lebih baik. Satu dari banyak penelitian
yang konsisten memperlihatkan bahwa aktivitas belajar secara kooperatif
meningkatkan hubungan anak-anak dengan teman sebaya, khususnya mereka
yang memiliki perbedaan sosial dan suku bangsa. Sebagai catatan, tambahan hasil
positifnya adalah, belajar secara koperatif mengembangkan motivasi siswa,
mendorong proses kelompok, mengembangkan interaksi sosial dan akademik
diantara siswa, dan hadiah bagi kelompok yang berhasil. Anak-anak bertambah
baik tingkah laku dan kehadirannya, serta senang bersekolah, adalah beberapa
keuntungan belajar secara kooperatif (Slavin, 1987).
10
C. Peningkatkan Motivasi Belajar Fisika
Menurut Mulyasa (2006:267-268) terdapat beberapa prinsip yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan motivasi siswa, diantaranya: (1) siswa akan
belajar lebih giat apabila kompetensi dasar yang dipelajari menarik, dan berguna
bagi dirinya, (2) kompetensi dasar harus disusun dangan jelas dan diinformasikan
kepada siswa sehingga mereka mengetahui dengan jelas. Siswa juga dapat
dilibatkan dalam menyusun indikator kompetensi, (3) siswa harus selalu diberi
tahu tentang hasil belajar dan pembentukan kompetensi pada dirinya, (4)
pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan, (5) memanfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin
tahu siswa, (6) usahakan untuk memperhatikan perbedaan individu siswa,
misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau
subyek tertentu, dan (7) usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan
memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa
guru memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar ke arah keberhasilan,
sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
Peningkatan kecakapan sosial yang berupa motivasi belajar adalah
perubahan ke arah yang lebih baik sehingga timbul dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku belajar siswa. Peningkatan kecakapan
sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan kecakapan sosial
yang ditimbulkan sebagai akibat dari penerapan pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivis berbasis praktikun dan diskusi dalam proses pembelajaran.
11
Peningkatan motivasi belajar siswa dapat terlihat dari tingkah laku saat
proses belajar mengajar. Louisell dan Descams (dalam Pudjo,2008) mengajukan
sepuluh cara yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa: (1) memberikan
tugas yang menantang, (2) mengurangi penekanan belajar pada tes penilaian, (3)
memberi bantuan tetapi tidak overaktif, 4) mengubah motivasi ekstrinsik menjadi
intrinsik, (5) memberi hadiah, (6) menaruh harapan tinggi pada semua siswa, (7)
memberitahukan hasil belajar, (8) mempromosikan keberhasilan untuk semua
anggota kelas, (9) meningkatkan persepsi siswa sebagai kontrol, dan (10)
mengubah struktur tujuan penghargaan kelas.
Siswa beserta guru dalam belajar fisika hendaknya mengetahui hakikat
IPA yang meliputi: (a) rasa ingin tahu dari fenomena alam, (b) prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah, (c) produk berupa fakta, prinsip, dan
hukum, (d) aplikasi penerapan metode ilmiah. Siswa yang memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi akan mendorong mempercepat pemecahan masalah dan
menghasilkan produk sesuai yang diharapkan.
Sebagai guru fisika hendaknya mampu menumbuhkan motivasi belajar
siswa dalam proses belajar mengajar. Upaya tersebut dapat berpedoman pada
prinsip-prinsip kebermaknaan, menarik, partisipasi serta melibatkan siswa, dan
kondisi yang menyenangkan.
Motivasi belajar fisika siswa dapat dilihat dari kegiatan siswa selama
proses pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun aspek motivasi yang diukur
didasarkan pada 6 macam tingkah laku yang menandai adanya peningkatan
motivasi belajar fisika siswa yaitu: (1) peningkatan perhatian siswa dalam belajar
12
fisika, (2) peningkatan penggunaan waktu belajar, (3) peningkatan kerjasama
dalam kelompok belajar, (4) peningkatan perasaan atau ekspresi dalam belajar
fisika, (5) peningkatan ketekunan dalam mengerjakan tugas, (6) peningkatan
kemampuan ketepatan menyelesaikan tugas.
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Division)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dikembangkan oleh Slavin dan
teman-temanya yang berorientasi pada belajar kelompok, menyajikan informasi
secara sederhana, kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang yang heterogen.
Menurut Slavin (1995) pembelajaran kooperatif merupakan kumpulan suatu
prosedur insruksional di mana siswa bekerja dalam suatu kelompok yang
mempunyai kemampuan belajar yang beragam untuk mencapai tujuan yang sama.
Sedangkan menurut Julianto (2000: 4) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan
belajar dalam kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk
sampai pada pengalaman belajar optimal, baik pengalaman individu maupun
kelompok. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok guna mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Ketrampilan siswa dalam diskusi dan komunikasi dikembangkan dalam
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tujuan yang diharapkan agar siswa
saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan
pendapat, saling memberikan kesempatan menyalurkan kemampuan, saling
13
membantu dalam belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri
maupun teman.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan adanya kerjasama
antar siswa dalam kelompoknya untuk tujuan belajar. Setiap kelompok hendaknya
memiliki anggota 4-5 orang yang beragam terdiri dari laki-laki dan perempuan,
berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai
ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah mengetahui hasil kuis
yang dikerjakan siswa. Secara individual setiap pertemuan pembelajaran siswa
diberi kuis pertanyaan isian. Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi skor
perkembangan (Ibrahim, 2000). Pengetesan pembelajaran kooperatif tipe STAD,
guru meminta siswa menjawab kuis tentang bahan pelajaran. Butir-butir tes pada
kuis ini dapat berupa jenis tes tertulis (paper-and-pencil), sehingga butir-butir itu
dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan. Laporan atau presensi
kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi dan siswa hendaknya
diberi penghargaan perannya secara individual dan hasil kolektif.
Menurut Trianto (2007: 54) penghargaan atas keberhasilan kelompok
dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan:
a. Menghitung Skor Individu
Skor ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar perkembangan
belajar siswa. Aturan memperoleh skor menurut Slavin (dalam Trianto, 2007)
dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.
14
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Perkembangan Individu
Perolehan Skor Tes
Skor Perkembangan
Individu
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10 poin di bawah sampai 1 di bawah skor awal
0 poin sampai 10 poin di atas skor awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
0 poin
10 poin
20 poin
30 poin
(Sumber Slavin, 1995)
b. Menghitung Skor Kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota kelompok. Adapun caranya yaitu dengan menjumlahkan semua skor
perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota
kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok diperoleh
kategori skor kelompok seperti pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata Poin Predikat
³ 7,5
7,6 - 15,0
15,1 - 22,5
22,6 - 30
GENERAL TEAMS
GOOD TEAMS
THE BEST TEAMS
EXCELLENT TEAMS
(Sumber Slavin, 1995)
c. Pemberian Pengakuan Kelompok
15
Setelah masing-masing memperoleh predikat, guru memberikan
penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai predikatnya. Pengakuan
dari guru merupakan salah satu cara untuk memberikan motivasi kepada siswa
untuk melakukan kompetisi yang positif.
E. Hubungan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan
Peningkatan Motivasi Belajar Fisika dalam Kelompok
Kemampuan berpikir kritis diperlukan dalam belajar fisika yaitu peka
terhadap suatu masalah dan mampu mencoba untuk memecahkan masalah
tersebut. Kegiatan belajar secara berkelompok akan memberikan keuntungan baik
pada siswa kelompok bawah dan siswa kelompok atas. Siswa kelompok atas akan
menjadi tutor sebaya bagi siswa kelompok bawah yang memiliki orientasi dan
bahasa yang sama. Hal ini siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan
akademiknya karena memberikan tutorial yang membutuhkan pemikiran yang
lebih mendalam.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengharapkan setiap siswa
terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran akan menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa. Pengakuan dalam
kelompok kerja akan diwujudkan dengan aktifitas yang sungguh-sungguh dan
penuh rasa tanggungjawab. Aktifitas belajar yang demikian diharapkan dapat
dilakukan oleh setiap anggota kelompok sehingga akan menghasilkan proses
belajar yang berkualitas. Hal inilah yang diharapkan pada pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu munculnya motivasi dari dalam diri
siswa yang disebut sebagai motivasi intrinsik.
16
BAB III : METODE PENELITIAN
BAB IV : PAPARAN DATA PENELITIAN DAN REFLEKSI
BAB V : PEMBAHASAN
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di kelas VIII-B
SMPN 8 Malang pada mata pelajaran fisika telah terlaksana 100 % . Hal itu
ditunjukkan adanya interaksi antara guru dan siswa telah berjalan dengan baik
pada fase guru menyajikan materi dan motivasi. Siswa tampak antusias dalam
melakukan eksperimen maupun kegiatan diskusi kelompok. Guru telah
mampu melaksanakan fase-fase pada model kooperatif tipe STAD dengan
baik, sehingga siswa mampu beraktifitas belajar sesuai yang diharapkan.
Fungsi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran telah mampu
memberikan motivasi siswa untuk melakukan aktifitas belajar mengamati,
berkomunikasi, menganalisis, bekerjasama, dan mengambil kesimpulan.
17
2. Peningkatan motivasi belajar fisika siswa kelas VIII-B dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD secara klasikal mengalami peningkatan
rata-rata sebesar 6,0% selama proses pembelajaran siklus I dan Siklus II. Hal
tersebut terlihat adanya peningkatan dari beberapa indikator: (a) siswa
memperhatikan pada saat guru memberikan informasi dan motivasi, (b) siswa
telah banyak melakukan kegiatan belajar daripada bermain-main, (c)
kerjasama kelompok sudah terlihat saat eksperimen, (d) siswa tampak lebih
senang dan segera mengambil alat dalam kegiatan eksperimen, e) siswa
mampu menjawab pertanyaan dalam LKS dan kuis, dan (f) siswa mampu
menyelesaikan tugas tepat waktu.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan, peneliti menyampaikan saran terkait dengan
hasil pembelajaran ini sebagai berikut.
1. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) hiterogenitas kemampuan dan
jenis kelamin dalam kelompok, (2) pengelolaan waktu yang baik, sehingga
proses pembelajaran berjalan dengan baik, (3) disiplin waktu dalam
mengerjakan diskusi/eksperimen , dan (4) persiapan yang lebih baik dalam
membuat kuis.
2. Untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan , kegiatan belajar hendaknya
sejalan dengan motivasi belajar siswa.
3. Keinginan atau dorongan untuk belajar siswa perlu terus ditingkatkan, sebab
tanpa motivasi kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil.
68
18
4. Hendaknya guru terus berusaha berupaya untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa dengan penggunaan berbagai media belajar yang relevan.
5. Penerapan pembelajaran model konstruktivis memerlukan waktu yang lebih
lama, sehingga hendaknya guru mempersiapkan rencana pembelajaran dengan
baik.
DAFTAR RUJUKAN
Dahar, RW dan Liliasari, 1986. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Jakarta.
Universitas Terbuka Jakarta.
Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Latief, Wahyuni. 2008. Meningkatkan Motivasi Belajar. Education For All.
Masitah, dan Nur, M. 1998. Teori-Teori Perkembangan Sosial dan
Perkembangan Moral. Surabaya. Program Pascasarjana IKIP Surabaya.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung. Rosdakarya
Nur, M. 2003. Buku Panduan Ketrampilan Proses Dan Hakekat Sains.
Surabaya: Universty Press.
Prayitno, E. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Ditjen P2PLPTK.
Sardiman, A.M. 2008. Interaksi & Motivasi belajar Mengajar. Jakarta.PT Raja
Grafindo Persada Jakarta.
Saukah, Ali dkk.2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang. Penerbit
Universitas negeri Malang.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktik
(Terjemahan Nurulita). London: Allymand Bacon, 2005.(Buku asli
diterbitkan tahun 2005)
Soeharto, Karti dkk. Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Surabaya Intellectual
Club.
Susanto, P. 2008. Strategi Dasar Mengajar. Belum Dipublikasikan
19
Sri Sulistyorini, 1998. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada
Mata Pelajaran IPA. Edukasi Edisi 3 Tahun X IKIP Semarang hal
1-14.
Susilo, Herawati dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana
Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang:
Bayumedia Publising.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Malang: Prestasi Pustaka Publisher.
Uno, Hamzah B, 2007.Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Winkel WS, 1991. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT.
Gramedia.

Selasa, 16 Maret 2010

MOTIVASI ORANGTUA DALAM MENGIKUTSERTAKAN
ANAK BERLATIH DI KLUB BOLA VOLI TVRI
MEDAN TAHUN 2009

PROPOSAL
Diajukan untuk memenuhi
Seminar proposal

Oleh

EVIANA BR GINTING
NIM : 05310516




FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVRSITAS NEGERI MEDAN

2009





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah
Olahraga bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang berkembang di Indonesia. Perkembangan Olag bola voli ini terlihat dengan adanya kejuaraan-kejuaraan baik di tingkat daerah, kota maupun nasional serta terbukti dengan kejuaraan liga bola voli (Proliga). Permainan bola voli merupakan cabang olahraga yang dapat dimainkan dan banyak digemari oleh anak-anak, remaja, pemuda dan orang dewasa baik wanita maupun pria. Di sekolah-sekolah mulai tingkat lanjutan pertama, lanjutan tingkat atas sampai perguruan tinggi banyak yang memainkannya.
Seperti cabang olahraga lainnya, bola voli dalam perkembangannya memiliki sejarah tersendiri. Didalam perkembangannya, bola voli banyak mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, baik perubahan fasilitas dan perlengkapan maupun peraturan-peraturan permainan dan perwasitan sejak berdiri sampai sekarang.
lain-lain. Dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan manusia lebih giatdalam beraktivitas yang bertujuan untuk membekali diri dengan ilmu, keterampilan (skill), terutama dalam bidang olahraga khususnya dalam cabang bola voli. Dengan semakinberkembangnya bola voli menjadikan bola voli menjadi industri besar yang dapat menghasilkanlapangan pekerjaan dan bahan pembicaraan yang enak diperbincangkan bagi pencinta olahraga. Hal ini dapat dilihat dari munculnya klub-klub bola voli di kota Medan seperti contoh klub bola voli TVRI, klub bola voli Embrio, klub bola voli Bank SUMUT, klub bola voli UNIMED dan
Dengan pesatnya perkembangan bola voli, membuat para pecinta olahraga bola volimendirikan klub-klub bola voli baik di kota maupun di desa. Klub bola voli yang diperuntukkansebagai tempat latihan bola voli yang bagi usia pemula, remaja dan dewasa, yang merupakansarana perkembangan bakat dalam bola voli.Klub bola voli sebagai sarana pengembangan bakat usia pemula dan remaja yang bertujuanmembekali anak dengan keterampilan, tehnik, taktik, mental yang kuat dalam menekuni bola voli dan menambah motivasi bagi anak-anak untuk berprestasi yang mungkin selama ini tidaktersalurkan, dengan adanya klub bola voli maka semua potensi yang terpendam dapattersalurkan.
Klub bola voli merupakan sarana yang positif bagi anak untuk menghindari dampak negatif globalisasi informasi dan teknologi, dengan menuntut mereka dengan bimbingan dan latihan bola voli, selain mempunyai keterampilan juga anak mempunyai jasmani yang sehat dan kuat dan mempunyai potensi untuk maju.
Salah satu contoh klub bola voli yang ada di kota Medan yaitu Klub Bola Voli TVRI Medan yang terletak di jalan Putri Hijau Medan. Klub bola voli TVRI diambil dari nama salah satu pusat penyiaran televisi yang merupakan salah satu pusat penyiaran informasi se Sumatra Utara. Klub bola voli TVRI Medan dilatih oleh bapak Sugianto dan bapak Ardiansyah, bapak Sopyan, bapak Misran Asugani, dan bapak Robi. Klub Bola Voli TVRI berdiri sejak tahun 2005 dan memiliki atlet sebanyak 40 orang, dengan jadwal latihan 4 kali dalam seminggu yaitu hari Selasa, Kamis dan Sabtu mulai pukul 16.00-18.00 WIB dan hari Minggu mulai pukul 08.00-0.00 WIB. Dengan banyaknya anak yang berlatih dan bergabung di klub bola voli TVRI Medan dan ditambah dengan banyaknya orang tua yang bergabung di klub TVRI menjadi daya tarik tersendiri bagi pengurus untuk terus membina dan membimbing anak agar mempunyai skill bermain bola voli dengan baik dan benar.
Adapun motto klub bola voli TVRI Medan adalah ” Tiada hari tanpa latihan, latihan dengan iklas, latihan dengan jujur, dan latihan sengan bersungguh-sungguh”. Setiap kali memulai latihan anak-anak mengucapkan terlebih dahulu motto klub bola voli TVRi Medan.
Visi klub bola voli TVRI Medan adalah ” Membangun kebersaan minat dan bakat pemain bola voli putri Sumut”.
Misi klub bola voli TVRI Medan adalah ”Atlet bola putri Sumut dapat sejajar dengan atlet bola voli putri lainnya”.
Klub bola voli TVRI Medan sering mengikuti kejuaraan-kejuaraan bola voli yang diselenggarakan oleh instansi yang terkait seperti pemerintahan,swasta dan sponsor lainnya.Adapun prestasi yag diraih oleh klub bola voli TVRI Medan adalah

Tahun Kejuaraan Prestasi keterangan
2007 - Individu
2008 - Porwil di Batam Klub
2009 Kujuaraan SMK Peringkat 4 Klub

Adapun fasilitas yang dimiliki oleh klub bola voli TVRI Medan yaitu: lapangan bola voli yang permanen 1 buah, bola voli 30 buah, net 1 buah, bola basket 2 buah.
Didalam dunia pendidikan dan olahraga motivasi sering diperbincangkan karena motivasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi anak dalam berolahraga, baik motivasi datang dari dalam ataupun motivasi yang datang dari luar. Selain motivasi dari pelatih, orang tua juga berperan aktif dalam memotivasi anak dalam berprestasi.
Sebagai hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan anak dan orangtua anak, dimana kebanyakan orangtua mencurahkan perhatian dan selalu memberikan dukungan kepada anak pada saat anak mengalami masalah dalam berlatih bola voli. Adapun masalah yang sering dihadapi anak dalam latiahn adalah rasa jenuh dalam latihan, membagi waktu latihan dengan waktu belajar, masalah yang timbul antara teman yang satu dengan teman yang lain yang kurang cocok dalam bergaul dan sebagainya.
Disinilah perenan orangtua dalam mendukung anak dengan cara memberikan saran dan semangat untuk mendorong minat dan bakat anak agar berhasil menjadi atlet yang berprestasi.
Adapun latar belakang orangtua anak berdasarkan pengamatan peneliti adalah berasal dari keluarga yang sederhana. Walaupun kehidupan mereka yang sederhana namun motivasi orang tua dalam mendukung anaknya untuk berprestasi sangat tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti tertarik untuk meneliti,” Motivasi orangtua dalam mengikutsertakan anak berlatih di klub bola voli TVRI Medan”.


B. Identifikasi Masalah

bola Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, maka dapatdidefenisikan beberapa masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa yang mempengaruhi motivasi orang tua dalam mengikutsertakan anak berlatih bola voli? Apakahfaktor fasilitas mempengaruhi motivasi orang tua dalam mengikutsertakan anak berlatih di klubvoli TVRI Medan? Apakah faktor ekonomi mempengaruhi motivasi orang tua dalammengikut sertakan anak berlatih di klub TVRI Medan? Apakah ada pengaruh positif motivasiorang tua terhadap keberhasilan anak?

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian ini, maka dibuat pembatasan masalah Motivasi OrangTua Dalam Mengikutsertakan Anak Berlatih di Klub Bola Voli TVRI Medan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut: Faktor- faktor apa yang menjadi motivasi orang tua dalam mengikutsertakan anaknya berlatihdi Klub Bola Voli TVRI Medan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorapa yang menjadi motivasi orang tua dalam mengikutsertakan anaknya berlatih bola voli.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
  1. 1. Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan masukan dan informasi bagi keluarga dalammeningkatkan prestasi anak.
  2. 2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi Pembina dan pelatih dalammeningkatkan prestasi atlet di Klub Bola Voli TVRI Medan
  3. 3. Sebagai sumbangan pikiran dan bahan kajian bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitianlebih lanjut.

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Kerangka Teoritis

1.Klub Bola Voli TVRI Medan

1.1 Sejarah Bola Voli

Permainan bola voli sudah dikenal sejak abad pertengahan. W. G. Morgan pada tahun 1895 menciptakan semacam permainan bola voli yang disebut ”Minonette”. Peraturan permainanmulai ditetapkan pada tahun 1986. Dan pada tahun 1900 dan 1925, peraturan permainanmengalami perubahan sehingga permainan bola voli menjadi permainan seperti yang kita kenalsampai sekarang ini.
Bola voli dipertandingkan di Olimpiade mulai tahun 1964 pada waktu pesta Olimpiade diadakan di Jepang. Induk organisasi bola voli dunia dengan nama IVF (International Volleyball Federation) yang dibentuk pada tahun 1948 yang berkedudukan di Paris.
Permainan bola voli dikenal di Indonesia sejak tahun 1928 semasa penjajahan Belanda, dan yang mengembangkan adalah guru-guru pendidikan jasmani bangsa Belanda yang datang ke Indonesia. PBVSI (Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia) lahir pada tanggal 22 januari 1955. Sejak PON II tahun 1951 di Jakarta, bola voli resmi masuk cabang olahraga yang dipertandingkan dalam PON.

Setelah permainan bola voli masuk ke indonesia banyak masyarakat yang menggemari permainan bola voli, terlihat dari banyak terbentuk klub-klub bola voli di indonesia contoh klub bola voli TVRI Medan yang terletak di jalan Putri Hijau Medan yang berdiri sejak tahun 2005. Klub bola voli TVRI Medan diambil dari nama sebuah penyiaran TV di di Sumatra Utara, karena tempat mereka latihan berada di lapangan TVRI.
Adapun motto klub TVRI adalah “ Tiada hari tanpa latihan, latihan dengan iklas, latihan dengan jujur, latihan dengan bersungguh-sungguh”. Setiap kali memulai latihan anak–anak mengucapkan terlebih dahulu matto klub bola voli TVRI.
Visi klub bola voli TVRI adalah” Membangun kebersamaan minat dan bakat pemain bola voli putri Sumatra Utara”.

Misi klub bola voli TVRI Medan“ Atlet bola voli putri TVRI dapat sejajar dengan altet bola voliputri Sumut”.
Klub bola voli TVRI Medan dilatih oleh bapak Sugianto, bapak Ardiansyah, bapak Sofyan, bapak Misran Asugani dan bapak Robi dan memiliki atlet sebanyak 40 orang. Dengan jadwal latihan 4 kali dalam seminggu yaitu: Selasa, Kamis, Sabtu dan Minggu. Hari Selasa, Kamis, dan Sabtu mulai pukul 16.00-18.00 WIB, sedangkan pada hari Minggu mulai pukul 08.00-10.00 WIB.
Proses latihan yang diberikan oleh pelatih, yaitu dengan teknik dasar dan lanjutan dalam permainan bola voli, teknik bermain, dan latihan fisik melalui program latihan yang diberikan oleh pelatih. Biasanya pelatih datang 15 menit sebelum latihan dimulai, kemudian pelatih menyiapkan peralatan yang akan digunakan pada waktu latihan seperti bola voli, net dan aqua. Setelah tepat pukul 16.00 WIB atlet-atlet dibariskan dalam kelompoknya masing-masing dan setelah selesai melakukan doa pelatih memberikan sedikit arahan memulai latihan, kemudian atlet-atlet melakukan pemanasan (Warming up).
Setelah gerakan pemanasan selesai pelatih memulai dengan program latihan yang telah dikonsep sebelumnya, misalnya gerakan passing bawah dan passing atas bagi atlet yang baru masuk atau pemula, dan kombinasi passing bawah dan passing atas bagi senioran dan ditambah dengan gerakan smes dan permainan.
yang Permainan bola voli merupakan suatu permainan olahraga beregu yang dimainkan di dalamtiap lapangan permainan dengan dipisahkan dengan net Senada dengan uraiaan tersebut Viera, dkk (2004:2) menjelaskan bahwa“ Bola voli merupakan olahraga permainan yang dimainkanoleh dua tim, dimana tiap tim beranggotakan dua sampai enam orang dalam suatu lapanganberukuran 9 x 18 m yang dipisahkan oleh sebuah net”.
Daurrwachter (1990:3) mengemukakan bahwa“ Permainan bola voli baru dapat dilaksanakan secara lancar dan teratur apabila seseorang dapat menguasai unsur-unsur permainannya”. Unsur gerakan dasar akan berkembang menuju gerakan lanjut yang telah kompleks. Kompleksitas gerakan yang dikembangkan menjadi makin bervariasi selaras dengan pencapaian prestasi obtimal seseorang yang harus menguasai berbagai teknik dasar bola voli.
Pengembangan kualitas teknik permainan bola voli mengacu pada tingkat penguasaan teknik dasar pada awalnya. Karena itu penguasaan teknik dasar dalam permainan bola voli semestinya sudah sejak dini mendapat perhatian serius dalam usaha pengembangan dan peningkatan kualitas permainan. Untuk dapat bermain bola voli dengan baik, perlu menguasai beberapa teknik dasar dalam permainan bola voli. Adapun teknik dasar bola voli yang dimaksud adalah service, passing, smash dan blok. Selain harus menguasai teknik dasar permainan bola voli, setiap individu harus memiliki kondisi fisik yang baik. Soeharno (1982:21) mengatakan bahwa “ Kondisi fisik meliputi kekuatan, kecepatan, kelincahan,kelentukan, keseimbangan, koordinasi merupakan faktor penentu untuk mencapai prestasi maksimal dalam bola voli”.
Dalam permainan bola voli tahap awal permainan yang harus dikuasai agar seseorang dapat bermain dengan baik adalah service dan passing. Hal ini sesuai dengan pendapat Durrawachter (980:82) menyatakan bahwa “tahap awal permainan bola voli sudah memadai apabila pemain telah menguasai teknik dasar bola voli yang terdiri dari service dan passing”.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan bahwa permainan bola voli adalah permainan olahraga beregu, dimana dalam tiap lapangan permainan dengan dipisahkan olaeh net serta dimainkan oleh dua tim, dimana tiap tim dimainkan ole dua sampai enam orang.
Latihan adalah mempelajari semua teknik-teknik ataupun keterampilan dasar dalam suatu cabang olahraga, sedangkan belajar menurut Edward L. Walker (1973) dalam diktat Belajar dan Pembelajaran (2004:2) mengatakan belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohani. Dalam memberikan latihan para pelatih berpedoman pada program latihan, disamping skill atau keahlian masing-masing dalam melatih serta punya loyalitas dan punya tanggung jawab terhadap tugas, sehingga ada rasa pengabdian dan tanggung jawab terhadap profesi atau pekerjaan.

Dalam memberikan latihan pelatih klub bola voli TVRI Medan, tentang teknik dasar bola volidiberikan sedetail mungkin agar anak dapat memahami dan menguasai teknik dasar denganbaik. Program latihan yang diberikan oleh pelatih diberikan dari yang termudah, kemudian yang sedang, ketingkat yang sukar, seperti dari penguasaan cara melakukan passing (bawah dan ataskemudian penguasaan tentang teknik blok, kemudian teknik smes, dan teknik bermain bola voli.
Upaya meningkatkan ketekunan dalam berlatih dan berprestasi dengan memberikan motivasi agar dapat meningkatkan keuletan anak dalam berlatih yaitu dengan memberikan pujian terhadap anak pada saat latihan maupun pada saat berkompetisi menyangkut penampilan atau postur tubuh dari anak, keterampilan dalam melakukan passing ataupun smes. Bagi anak yang belum mampu, pelatih terus memotivasi agar anak lebih giat dan tekun dalam berlatih.
Adapun fasilitas yang dimiliki oleh klub bola voli TVRI Medan dalam kegiatan latihan yaitu, 1 lapangan permainan bola voli yang permanen, bola 30 buah, net 1 buah, 2 buah bola basket.
Klub bola voli TVRI Medan banyak menghasilkan atlet bola voli. Ini dapat dilihat dari hasil prestasi yang diraih oleh para atlet TVRI Medan dalam mengikuti berbagai macam kejuaraan, seperti: Kejuaran pelajar di Kalimantan tahun 2007, kejuaraan pelajar SMK se kota medan 2007, Porwil di Batam 2008, dan kejuaraan tingkat SMK se Indonesia tahun 2009 TVRI meraih peringkat 4 nasional.
Inilah sekilas propil dari klub bola voli TVRI Medan, karena keterbatasan wawancara penulis dengan pelatih klub bola voli TVRI.

2. Hakekat KeluargaKeluarga yaitu terdiri dari ayah, ibu dan anak yang menjalin hubungan kasih sayang yang serasi, seimbang dan selaras antara seluruh anggota keluarga dan berinteraksi dengan masyarakat danlingkungannya (Depeg 1993:17)
Sebagaimana guru dalam lingkungan belajar disekolah, maka orang tua dalam lingkungan keluarga dalam tahap pendidikan/belajar di lingkungan rumah tanggan memegang peranan penting dalam proses pendidikan anaknya Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi seorang anak.
Orang tua sebagai pendidik pertama memegang peranan penting kedalam keseluruhan proses pendidikan. Maka sikap dan perbuatannya haruslah sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Prilaku anak dalam tahap pertumbuhan memerlukan pengarahan dan bimbingan kearah yang benar seperti bimbingan belajar, bimbingan keagamaan, bimbingan pemanfaatan dan penggunaan waktu luang.
Perhatian dari orang tua tertuju pada tindakan kesempurnaan anak masa kini dan masa yang akan datang. Dorongan dan perhatian orang tua sangat penting, usaha-usaha dari orang tua haruslah bersikap mendorong, membimbing dan membina anak.
Menurut singgih (1996: 147) menyatakan bahwa banyak faktor yang perlu diperhatikan untukmendukung prestasi anak antara lain:
  1. Struktur Marfologis dan Anatomis-Fisiologis.
  2. Kondisi kesehatan dan kebugaran dan adanya kaitan erat dengan keadaan makanansehari-hari.
  3. Teknik pelatihan dan kondisi latihan, prasarana dan sarana latihan.
  4. Faktor penunjang yang tidak langsung seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial, dan kebudayaan.
  5. Pendekatan psikologis dalam rangka pembinaan dan persiapan agar mampu memperlihatkanprestasi puncak”.
Dari fakto-faktor tersebut diatas yang penting dan berpengaruh besar adalah penampilan, misalnya memiliki poster tubuh yang atletis dan tinggi minimal 170 cm untuk menjadi atlet voli.
Disamping itu orang tua haruslah mengenali bakat dan keinginan yang dimiliki anaknya, selanjutnya orang tua harus mempunyai peranan yang aktif dalam pendidikan anak-anaknya maupun melibatkan diri dalam perkembangan mental anak. Dengan cara bekerjasama dengan pelatih, ikut menyusun konsep kerjasama dalam kegiatan pendidikan bagi anak-anaknya untuk menampung minat, kebutuhan dan potensi yang dimiliki setiap anaknya.
Seperti yang dikemukakan oleh Ira Gordon (1968) dan Gorden & Guinagh (1978) dalam psikologi perkembangan pribadi (2001:11)” Orang tua yang selalu berpartisipasi secara berkesinambungan akan selalu mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak”.
Secara umum dapat dipastikan bahwa semua orang tua menginginkan anaknya menjadi manusia yang berguna serta berhasil dengan baik, untuk itu peranan orang tua sangat berarti. Peranan orang tua untuk melakukan atau mencurahkan kasih sayang yang sebaik-baiknya dalam keluarga untuk mencapai keinginan tersebut. Tetapi masing-masing orang tua memiliki cara tersendiri dan berbagai cara yang mungkin dapat dilaksanakan, sehingga terjadi suatu sistem pendidikan orang tua.
Adapun faktor-faktor yang memotivasi orang tua dalam mendukung anak berlatih di klub bola voli TVRI Medan adalah :

  1. Faktor Prestasi Klub Bola Voli TVRI Medan Klub bola voli TVRI Medan bisa dikatakan sudah banyak dikenal oleh masyarakat kota medankarena klub bola voli TVRI Medan sudah banyak meraih prestasi, dan sering mengikuti banyakkejuaraan baik di dalam daerah maupun di luar daerah kota Medan. Klub bola voli TVRI Medan banyak menghasilkan atlet bola voli. Ini dapat dilihat dari hasil prestasi yang diraih oleh para atlet TVRI Medan dalam mengikuti berbagai macam kejuaraan, seperti: Kejuaran pelajar diKalimantan tahun 2007, kejuaraan pelajar SMK se kota medan 2007, Porwil di Batam 2008, dankejuaraan tingkat SMK se Indonesia tahun 2009 TVRI meraih peringkat 4 nasional.
  2. Faktor Sarana dan Fasilitas Sarana merupakan perlengkapan yang diperlukan di suatu klub bola voli. Seperti lapangan merupakan suatu tempat yang sangat sederhana yang dibutuhkan untuk melakukan latihan bola voliSelain itu fasilitas seperti bola voli, jaring net sangat diperlukan untuk kelangsungan proses permainan bola voli di klub bola voli TVRI Medan. Setelah peneliti mensurvei kelokasi klub bola voli TVRI, fasilitas yang terdapat di TVRI dapat dikatakan sudah lengkap dan memadai. Dengan tersedianya fasilitas yang lengkap di dalam suatu klub, maka keinginan seseorang untuk latihan akan semakin besar untuk mencapai prestasi yang baik.
  3. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan seorang atlet. Keberhasilan anak sangat berpengaruh besar dari faktor lingkungan karena dengan lingkungan yang baik maka prestasi anak dapat tercapai dengan baik. Kita dapat lihat zaman sekarang ini banyak anak-anak yang rusak akibat faktor lingkungan yang kurang baik yang dapat merusak prestasi anak khususnya dalam bidang olahraga. Itulah sebabnya orang tua mendukung anaknya untuk melakukan aktivitas olahraga di waktu luang.
  4. Faktor Lokasi yang Strategis Lokasi yang strategis merupakan salah satu tempat yang menjadi daya tarik bagi para penggemar olahraga, karena lokasi yang strategis mempunyai banyak keuntungan seperti mudah dijangkau oleh angkutan umum. Lokasi klub bola voli TVRI Medan letaknya sangat strategis, sehingga banyak masyarakat yang berminat untuk berlatih di klub bola voli TVRI Medan. Selain letak klub bola voli TVRI Medan yang strategis, klub bola voli TVRI Medan juga mempunyai prestasi yang baik di Sumatra Utara. Klub bola voli TVRI Medan meraih prestasi tingkat 4 nasional dalam kejuaraan tingkat SMK tahun 2009.
  5. Mengukir Prestasi Anak Orangtua merupakan memegang peranan penting dalam proses pendidikan anak, karena pada dasarnya anak masih sangat membutuhkan dorongan dari oarang tua.Dorongan dari orangtua mempengaruhi prestasi anak. Banyak cara yang dilakukan oleh orang tua dalam meningkatkan prestasi anak seperti memberikan makanan yang bergizi, melengkapi bahan atau alat-alat yang diperlukan dalam melakukan kegiatannya, bemberi kesempatan yang cukup, disiplin, tidak terlalu banyak menuntut dari anak, memberikan motivasi. Dengan latihan yang rutih dapat juga meningkatkan prestasi anak.

3. Hakekat Motivasi
Dalam dunia pendidikan dan olahraga motivasi sering diperbincangkan dan diteliti, karena motivasi erat kaitannya dengan psikologi kepribadian manusia yang menggambarkan karakteristik dari manusia dengan segala sifat dan kepribadian yang tercemin dalam tingkah laku sehari-hari.
Banyak sekali bahkan sudah umum orang menyebut dengan“ motif” untuk menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata “motif” sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan suatu kondisi intern (kesiap-siagaan)
Menurut Killer (1984 :110 ) dalam diktat Belajar dan Pembelajaran (2004 : 73 ), mengatakan bahwa motivasi berasal dari kata ”movire ” yang artinya menggerakkan, membangkitkan, menumbuhkan prasaan, pengambilan prakarsa dan usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Monty, SP (2000:271), menyatakan : ”motivasi berasal dari kata ’movere ” yang berarti bergerak atau dapat digerakkan”. Sedangkan Balai Pustaka (1995:666) menyatakan: ” Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya”.
Sardiman (1994

Sedangkan Harsono (1988 : 250), menyatakan bahwa: ”motivasi merupakan faktor-faktor dan proses yang dimaksud untuk mendorong beraksi atau tidak beraksi dalam berbagai situasi”. Kemudian Dimyati dan Mujiono (2003 : 81) menyatakan bahwa: ” Motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia karena adanya keinginan yang mengaktifkan individu”. Kemudian Maslow (1984:58), menyatakan;” Telaah motivasi merupakan telaah tentang kebutuhan, keinginan dan tujuan”.
Maslow (1984 : 58), Membagi motivasi dalam tingkat kebutuhan, yaitu:

  • a. Kebutuhan fisiologis (Fisiology needs)
  • b. Kebutuhan rasa aman (safety needs)
  • c. Kebutuhan sosial (social needs)
  • d. Kebutuhan akan penghargaan (estem needs)
  • e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)

Kebutuhan fisiologis menyangkut kebutuhan fisik, ini diakibatkan individu terdorong ingin memperbaiki jasmani dengan mengikuti latihan bola voli di Klub Bola Voli TVRI Medan, yaitu dengan mengikuti latihan 3 kali dalam seminggu,selain anak diajari teknik bermain bola voli, tetapi latihan tersebut menyangkut, kekuatan, kecepatan, daya tahan, power sehingga individu mempunyai jasmani yang kuat.
Kebutuhan rasa aman menyangkut suasana lingkungan dari tempat latihan yang nyaman, strategis dan sejuk. Ini semua memudahkan anak untuk berkonsentrasi dengan latihannya, sehingga kemampuan anak untuk menyerap ilmu yang diberikan oleh pelatih mudah dikuasai. Dengan lingkungan yang aman menambah motivasi tersendiri bagi diri anak untuk tetap latihan.
Kebutuhan sosial yaitu menyangkut hubungan sosial antara siswa yang satu dengan yang lain, hubungan pelatih atau pengurus Klub Bola Voli TVRI Medan, hubungan orang tua atau masyarakat sekital tempat tinggal anak. Hubungan dengan sesama teman latihan, bisa bersifat persahabatan biasa maupun persaingan yang kompotitif, sehingga dapat menumbuh kembangkan rasa persahabatanyang akrab maupun persaingan ingin menunjukkan yang terbaik dengan menjalin hubungan yang harmonis dan dinamis dapat mempengaruhi kepribadian diri anak.

Kebutuhan penghargaan menyangkut penilaian terhadap diri anak terhadap kemampuannya dalam berlatih dan saat bertanding. Disini membutuhkan loyalitas yang tinggi dari seorang pelatih dan memberi motivasi yang kuat terhadap prestasi anak, walaupun anak belum mampu menyerap ilmu yang diberikan oleh pelatih dan memberikan motivasi untuk terus tekun dan disiplin agar dapat memperoleh prestasi yang baik. Kebutuhan akan penghargaan dapat juga berupa pemberian hadiah berupa barang, uang ataupun sejenisnya terhadap prestasi yang telah diperoleh oleh anak, sehingga dapat memotivasi anak untuk tetap tekun berlatih dan berprestasi.
Kebutuhan dalam aktualisasi diri dapat terwujud apabila dalam diri anak telah ada dorongan yang kuat untuk terus tekun, disiplin, pantang menyerah untuk meraih prestasi. Dengan mengikuti latihan di Klub Bola Voli TVRI Medan, potensi ataupun bakat yang selama ini mungkin terpendam dapat tersalurkan dan dikembangkan menjadi sebuah keahlian (skill) yang baik dalam permainan bola voli.
Sifat dari motivasi ada 2, yaitu:
  1. Motivasi Intrinsik yaitu: motivasi yang bersumber dari naluriah individu itu sendiri yang bersumber dari lubuk hatinya yang paling dalam. Untuk itu motivasi intrinsik sedini mungkin ditumbuhkan dalm diri anak, agar anak mempunyai motivasi yang kuat, mental yang tangguh dalam meraih prestasi yang diinginkan.
  • a. Motivasi Ekstrinsik yaitu: motivasi yang datangnya karena individu terdorong karena fenomena yang dilihat, dengar dan dirasakan yang bersumber dari luar individu yang bersangkutan Contoh dari motivasi ekstrinsik yaitu: dorongan dari orang tua, pelatih, teman, lingkungan tempat latihan, fasilitas.
Motivasi merupakan bagian dari psikologi kepribadian. Monty, SP (2000:71), menyatakan bahwa: ” Motivasi merupakan aspek paling disoroti dalam program pembinaan olahraga, karena motivasi memberikan kontribusi yang signifikan menyangkut kepribadian seorang atlet, baik kepribadian saat latihan, bertanding, maupun sesudah bertanding.
Dari pengertian diatas dapat digambarkan bahwa seseorang beraksi dipengaruhi motivasi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga setiap orang mempunyai tujuan yang akan dicapai dan dilakukan dengan dasar maupun tidak sadar. Itulah sebab muncul terjadinya motivasi dalam diri seseorang.
Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa setiap individu mempunyai motivasi yang berbeda-beda, akan tetapi dari perbedaan ada suatu kesamaan yang ingin dicapai oleh setiap individu yaitu agar tubuh tetap sehat dan bugar.


B. Kerangka Berpikir

Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam diri seseorang, karena tanpa ada motivasi dalam diri seseorang sangat sulit untuk meraih suatu keberhasilan untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi itu bisa juga timbul dari luar seperti dari motivasi orang tua.
Motivasi merupakan faktor psikis yang mendorong anak-anak dalam menggeluti olahraga, Motivasi timbul karena adanya dorongan dari orangtua, kebutuhan, keinginan dan tujuan untuk mencapai cita-cita. Orangtua berperan aktif untuk mendukung anak berlatih bola voli karena dengan motivasi dari orang tua membuat anak semakin giat dalam melakukan latihan dan memproleh prestasi yang baik.
Pembinaan olahraga pada era globalisasi sekarang ini sangat penting selain sebagai sarana untuk meningkatkan kebugaran maupun sebagai profesi yang menjadikan pekerjaan bagi orang-orang yang menggelutinya.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


3. A Lokasi dan waktu Penelitian

Penulis memilih lokasi penelitian di Klub Bola Voli TVRI terletak di jalan Putri Hijau no. Medan dan direncanakan pada bulan Desember 2009.

3. B Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang didalamnya terdapat subyek yang dapat dijadikan sumber data yang diharapkan dapat memberikan data-data yang dibutuhkan oleh s seorang peneliti.
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orangtua yang anaknya berlatih di Klub Bola Voli TVRI Medan yang selurhnya sekitar 30 orang
2. Sampel
Sampel adalah contoh atau wakil dari satu populasi yang cukup besar jumlahnya, yaitu satu bagian dari keseluruhan yang dipilih dan representatif
Dengan demikian, maka teknik pengambilan sampelnya menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sekitar 30 orang. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan memberikan angket kepada sampel yang akan diteliti




3. C Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey data yang menggunakan angket.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data adalah intrumen non tes dalam bentuk angket.
Angket ini digunakan untuk menjaring data yang terbentuk alternatif jawaban dalam teknik survey menurut Arikunto (2006: 242).
  • a. Sangat setuju = Skor 3
  • b. Setuju = Skor 2
  • c. Kurang setuju = Skor 1
  • d. Tidak setuju = Skor 0

Tabel 1. komentar tentang motivasi orang tua dalam mendukung anak berlatih di klub bola voli TVRI Medan
Variabel Identifikasi Faktor Penyebab Timbulnya Motivasi
Motivasi Orang Tua Dalam Mendukung Anak Berlatih di Klub Bola Voli TVRI Medan 2009 - Prestasi Klub Bola Voli TVRI Yang Baik
  • - Fasilitas
  • - Letaknya yang strategis
  • - Menyalurkan bakat anak
  • - Mengukir prestasi anak
  • - Agar ada aktivitas sehari- hari bagi anak
  • - Agar memperluas pergaulan anak
  • - Menghindari anak dari kenakalan remaja

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan teknik persentase, adapun teknik persentase yang digunakan yaitu dengan rumus persentase:
(Sudjana 2004:21)
Keterangan :
  • P = Persentase yang dicari
  • f= Frekuensi atau jumlah sampel yang memilih
  • n= Jumlah sampel

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian, Jakarta , Bina Aksara
Donal MC, 1994, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Gramedia
Departemen Agama, 1993, Tuntutan Pendidikan Kehidupan Berkeluarga, Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional
Moekijat, 1984, Dasar-Dasar Motivasi, Bandung, Sumur Bandung
Gunarsa D. Singgih, 1996, Psikologi Olahraga : Teori dan Praktih, Jakarta, BPK Gunung Mulia
Sardiman, 1994, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Grafindo Persada
Masri, S dan Efendi S,1987, Metode Penelitian Survey, Yogyakarta, LP3ES
Poter dan Lawler, Pengembangan Pendidikan, Bandung, Remadja Pers
Sudijono Anas, 2004, Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta, Raja Grapindo Persada
Subaliran, 1986, Pengembangan Pendidikan, Bandung, Remaja Pers


INSTRUMEN PENELITIAN
Berilah komentar anda dengan memberikan tanda  pada angka 1 dan seterusnya yang merupakan skala prioritas yang menjadi penyebab timbulnya motivasi anda dalam mengikutsertakan anak berlatih di klub bola voli TVRI Medan.
Pertanyaan:
Anda termotivasi untuk mengikutsertakan anak dalam berlatih di klub bola voli TVRI Medan di sebabkan faktor :
No Faktor Penyebab Timbulnya Motivasi Komentar Berdasarkan Skala Prioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Prestasi klub bola voli TVRI Medan yang baik
2 Fasilitas
3 Letaknya yang strategis
4 Menyalurkan bakat anak
5 Mengukir Prestasi anak
6 Agar ada aktivitas sehari-hari bagi anak
7 Memperluas pergaulan anak
8 Menghindari anak dari kenakalan remaja
Catatan: Boleh anda tambahkan motivasi yang lain dalam mengikutsertakan anak berlatih di klib bola voli TVRI Medan

Rabu, 03 Maret 2010

GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SISTEM TENAGA LISTRIK

Dalam bentuk matris diperoleh :
………….2-13)
Jadi Matrik A =
Maka invers matrik A (A-1) dapat diperoleh :
A-1 =
Sehingga persamaan 2-13) dapat dinyatakan dengan :

Dengan mensubsitusikan harga Invers Matriks kepersamaan diatas akan diperoleh :
…………2-14)
Penguraian tiga fasor tak simetris menjadi komponen simetrisnya hubungan ini sangat penting sehingga dapat dituliskan persamaan kedalam bentuk persamaan biasa dari persamaan 10 diperoleh :
Vao = 1/3 (Va + Vb + Vc) ………2-15)
Va1 = 1/3 (Va + a Vb + a2Vc) ………2-16)
Va2 = 1/3 (Va + a2Vb + a Vc) ………2-15)
Persamaan (II) menunjukkan bagaimana menguraikan tiga fasor tak simetris menjadi simetris. Dengna cara yang sama dapat ditulis persamaan arus sebagai ganti dari tegangan yaitu :
Ia = Ia1 + Ia2 + Iao ………2-18)
Ib = a2Ia1 + a Ia2 + Iao ………2-19)
Ic = a Ia1 + a2 Ia2 + Iao ………2-20)
Iao = 1/3 (Ia + Ib + Ic) ………2-21)
Ia1 = 1/3 (Ia1 + a Ib + a2 Ic) ………2-22)
Ia2 = 1/3 (Ia + a2 Ib + a Ic) ………2-23)
Dalam sistem tiga fasa jumlah arus saluran sama dengan arus In dalam jalur kembali lewat netral jadi :
Ia + Ib + Ic = In ……..2-24)
Dengan membandingkan persamaan 2-21 dengan persamaan 2-24 diperoleh :
In = 3 Ia0
Jika tidak ada jalur yang melalui netral dari sistem tiga fasa In adalah 0 dan arus saluran tidak mengandung komponen muatan nol, suatu beban dengan hubungan delta tidak menyediakan jalur netral, dan karena itu arus saluran yang mengalir kebeban yang dihubungkan delta tidak mengandung komponen urutan nol.

III.4. Gangguan Hubung Singkat Tak Simetris
Gangguan tak simetris terdiri dari :
4.1. Gangguan satu fasa ketanah, pada suatu sistem adalah apabila salah satu konduktor terhubung ketanah.



Ib

Ia Ic



Gambar (2.4) Hubungan Singkat Satu Fasa Ketanah
Dari gambar diatas diperoleh untuk persamaan untuk kondisi
Ib = 0
Ic = 0
Va = 0
Dengan mensubsitusikan persamaan (2-21, 2-22 dan 2-23) kepersamaan dalam kondisi dimana :
Ib = 0 dan Ic = 0, maka :
Ia0 = 1/3 (Ia + Ib + Ic) = Ia/3
Ia1 = 1/3 (Ia + a Ib + a2 Ic) = Ia/3
Ia2 = 1/3 (Ia + a2Ib + a Ic) = Ia/3
Atau :
Ia0 = Ia1 = Ia2 = Ia/3 ………..2.25)
Dari persamaan diatas maka untuk menganalisanya digunakan ketiga urutan yaitu urutan positif, urutan negatif dan urutan nol yang dihubungkan secara seri.
-
+

Z1


Ia1 = Ia2 = Ia0
Z2




Z3


Gambar (2.5) Diagram Sambungan jala – jala urutan gangguan satu fasa lemah
Dari Persamaan :
Va = Va1 + Va2 + Va0
O = Va1 + Va2 + Va0
Va1 = - (Va2 + Va0)
Persamaan umum untuk komponen jatuh tegangan yang ditentukan oleh jaringan urutan adalah :
Va1 = Ea – Ia1 . Z1
Va2 = -Ia2 . Z2
Va0 = -Ia0 . Z0
Maka : Va1 = - (Va2 + Va0)
Ea – Ia1 . Z1 = Ia2 . Z2 + Ia0 + Z0
Ea = Ia1 . Z1 + Ia2 . Z0 + Ia0 . Z0
Dimana : Ia1 = Ia2 = Ia0
Maka : Ea = Ia1 (Z1 + Z2 + Z0)
Atau : Ia1
Dari persamaan : Ia1 = Ia2 = Ia0 = Ia/3
Maka besar arus gangguan (If) untuk gangguan satu fasa ketanah :
If = Ia = 3Ia1 ……………..2-26)



4.2. GANGGUAN DUA FASA
Gangguan dua fasa atau gangguan antara saluran suatu sistem adalah bila terjadi antara satu konduktor terhubung dengan konduktor lain.

a.
Ia
b.
Ib
Ic
c.

Gambar (1.6) Hubungan Gangguan Dua Fasa
Dari gambar diatas diperoleh kondisi sebagai berikut :
Vb = Vc
Va = 0
Ib = -Ic
Dengan mensubsitusikan persamaan 2-21, 2-22 dan 2-23 kepersamaan diatas diperoleh :
Ia0 = 1/3 (Ia + Ib + Ic) = 0
Ia1 = 1/3 (Ia - Ib + a2Ic)
= 1/3 (0 - aIc + a2Ic)
=
Ia2 = 1/3 (0 - a2 Ic + aIc)
=
dengan demikian : Ia0 = 0
Ia1 = Ia2
Dengan persamaan 2-10, 2-11 dan 2-12 disubsitusikan dengan persamaan diatas (Vb = Vc) akan diperoleh :
Vb = Vc
a2Va1 + aVa2 + Va0 = a Va1 + a2 Va2 + Va0
a2Va1 - aVa2 - Va0 = a2 Va1 - a Va2 Va0
(a2 – a) Va1 = (a2 – a) Va2
Va1 = Va2
Dari analisa diatas maka analisa untuk gangguan dua fasa adalah hanya urutan positif dan urutan negatif yang dihubungkan secara paralel.



Ea

Za2

Za1


Ia1 Ia2



Dari persamaan : Va1 = Va2
Ea-Ia1 Z1 = -Ia2 Z2
Dimana : Ia1 = -Ia2
Maka : Ea – Ia1 Z1= Ia1 Z2
Ea = (Ia1) (Z1) . Ia1 Z2
= Ia1 (Z1 + Z2)
Dengan demikian : Ia1 = …….2-27)
Dengan mensubsitusikan persamaan 2-18, 2-19 dan 2-20 ke peramaan Ia = 0 dan Ia1 = -Ia2 didapat :
Ia = Ia1 + Ia2 + Ia0 = 0
Ib = a2Ia1 + a Ia2 + Ia0
Ic = a Ia1 + a2Ia2 + Ia0
Besar gangguan hubung singkat (If) dua fasa adalah :
If = Ib = -Ic
= - (a Ia1 + a2 Ia2 + Ia0)
atau : If = Ib = a2 Ia1 + a Ia2 + Ia0
karena Ia1 = - Ia2
maka : If = a2 Ia1 – a Ia1 + 0
If = a2 Ia1 – a Ia1


4.3. GANGGUAN DUA FASA KETANAH
Gangguan dua fasa ketanah pada suatu sistem adalah apabila terjadi dua konduktornya terhubung ketanah atau kawat netral.

a. 
b. Ia 
c. Ib 
d ∫c Ic + Ib N

Gambar : (2.8) Hubungan Gangguan Dua Fasa Ketanah
Dari gambar diatas diperoleh persamaan kondisi :
Ia = 0 : Vb = ; Vc = 0
Mensubsitusikan persamaan 2-15, 2-16 dan 2-17 ke persamaan kondisi diatas :
Va0 = 1/3 (Va + Vb + Vc) =
Va1 = 1/3 (Va + a2Vb + a2Vc) =
Va2 = 1/3 (Va + a2Vb + a Vc) =
maka Va0 = Va1 = Va2 = ……..2-29)
Dari hasil diatas maka analisa untuk gangguan dua fasa ketanah adalah urutan positif, urutan negatif dan urutan nol yang dihubungkan secara paralel ;

Ia1 Ia2 Ia0
Ea



Za1 Z2 Z0



Gambar : (2.9) Sambungan jala – jala urutan gangguan dua fasa ke tanah.
Untuk : Ia = 0 maka :
Ia = Ia1 + Ia2 + Ia0
O = Ia1 + Ia2 + Ia0
Dimana : Va2 = -Ia2 Z2  Ia2 =
: Va0 = -Ia0 Z0  Ia0 =
Maka : Ia1 = - (Ia2 + Ia0)
=
Dimana : Va1 = Va2 = Va0
Maka : Ia1 =
=
Karena Va1 = Ea – Ia Z1
Maka : Ia1 =
Ia1 =
Ia1 + IaZ1=
Ia1
Ia1
Maka : Ia1 (Z1 Z2 + Z1 Z0 + Z2 Z0) = Ea (Z2 + Z0)
 : Ia1 =
= ……………2-30)
Dari Va1 = Ea – Ia1 Z1
= Ea -
= Ea
= Ea
= Ea
= Ea
= Ea
= Ea ……………2-31)
Karena : Va1 = Va2 = Va0
Maka : Ia2 =
= ……………2-32)
atau : Ia2 =
Ia0 =
Ia0 =
Atau Ia0 = ……………2-33)
Besar arus hubung singkat (If) gangguan dua fasa ketanah :
If = In = Ib + Ic ………………2-34)
Dimana : Ib = a2 Ia1 + a Ia2 + Ia0
Ic = a Ia1 + a Ia2 + Ia0

III.5. Gangguan Simetris Tiga Fasa
Gangguan tiga fas pada suatu sistem adalah gangguan yang seimbang, analisanya dapat dilakukan dengan menggunakan analisa komponen simetris gangguan terjadi karena ketiga fasa saling berhubungan.
a.
b
c
Gambar : (2-10) Hubungan Gangguan Tiga Fasa
Analisa gangguan tiga fasa dinyatakan oleh persamaan – persamaan berikut :
Va = Vb = Vc = 0
Va1 = 1/3 (Va + a Vb + a2 Vc)
= 0
Va2 = 1/3 (Va + a Vb + a2 Vc)
= 0
Va0 = 0
Dari : Va1 = Ea – Ia1 Z1
0 = Ea – Ia1 Z1 maka : Ia1 =
Va2 = - Ia2 Z2
Ia2 = 0
Va0 = -Ia0 Z0
Ia0 = 0
Dari persamaan diatas, maka dapat dibuat rangkaian Eqivalent urutan positip saja.


Ea



Za1




Gambar : (2-11) Sambungan Jala – Jala Urutan Tiga fasa
Dari gambar diatas :
………………..2-35)
dari persamaan 2-15,2-16 dan 2-17 dimana Ia0 = dan Ia2 = 0
Maka : Ia = Ia1 =
Ib = a2Ia1 =
Ic = a2Ia1 =
Jadi besar arus hubung singkat (If) untuk gangguan tiga fasa adalah :
If = Ia1 = ……………..2-36)














III.1. SISTEM SATUAN PERUNIT
Analisa jaringan dapat dilakukan dengan besaran tegangan, arus dan tahanan, namun untuk mempermudah perhitungan diperguanakan satuan perunit (P.U)
Cara perhitungan dengan menggunakan nilai perunit mempunyai keuntungan tertentu karena oeprasi matematik sistem perunit sangat sederhana, harga perunit (P.U) suatu besaran adalah perbandingan terhadap besaran dasar (base) yang dipilih
 untuk sistem satu fasa :
Base Current (A)
Base Impedance (ohm)
Base Impedance (Pu)
Impedance Dalam Peruni (Pu)


 Untuk Sistem Tiga Fasa :

Base Current (A)
Base Impedance (Ohm)

Impedansi (Per Unit)

III.2. SINTESIS FASOR TAK SIMETRIS DARI KOMPONEN – KOMPONEN SIMETRIS.
Karya Frofescue membuktikan bahwa suatu sistem tak seimbang yang terdiri dari n phasor yang berhubungan (Related) dan dapat diuraikan menjadi n buah sistem dengan phasor seimbang yang dinamakan komponen – komponen simetris (Symmetrical Component) dari fasor aslinya n buah fasor pada setiap himpunannya sama panjang dan sudut diantara fasor yang bersebelahan dalam himpunan itu sama besarnya, menurut teorema fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem fasor yang seimbang Himpunan Seimbang Komponen itu adalah :
1. Komponen urutan positip (Positive sequence components) yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120o dan mempunyai urutan fasa yang sama seperti fasor aslinya.
2. Komponen urutan negatif yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120 oC dan mempunyai urutan fasa yang berlawanan dengan faso aslinya.
3. Komponen urutan nol yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan pergeseran fasa nol antara fasor satu dengan yang lain.
Komponen simetris ketiga fasa dinyatakan dalam a, b, c, jika fasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan tersebut dapat dinyatakan dengan Va, Vb dan Vc, ketiga komponen himpunan simetris dinyatakan dengan tambahan subkrip 1 (satu) untuk komponen positif, 2 untuk komponen urutan negatif dan 0 untuk komponen urutan nol. Komponen urutan positif dari Va, Vb, dan Vc yaitu Va1, Va2, dan Va3, demikan urutan negatif adalah Va2, Vb2, dan Vc2 sedangkan untuk urutan nol yaitu Va0, Vb0 dan Vc0.
Karena setiap fasor tak seimbang, yang aslinya adalah jumlah komponen, fasor asli yang dinyatakan dalam suku – suku komponen adalah :
Va = Va1 + Va2 + Va0 ……….2-7)
Vb = Vb1 + Vb2 + Vb0 ……….2-8)
Vc = Vc1 + Vc2 + Vc0 ……….2-9)


Gambar berikut ini menunjukkan tiga himpunan komponen simetris :
Va1 Va2
Vc1 Va0


Vb2
Vb0


Vb1 Vc2 Vc0


Komponen – komponen Komponen – komponen Komponen-
Urutan positif urutan negatif komponenurutan nol

Gambar (2-1) Tiga Himpunan Fasor Seimbang Yang Merupakan Komponen simetris dari tiga fasor tak seimbang. Sintesis himpunan tiga fasor tak seimbang dari ketiga komponen simetris dari gambar diatas diperlihatkan pada gambar berikut ini :
Va0
Va2
Va
Vc2 Vc1

Vc0 Vc Vc1

Vb

Vb1
Vb0
Vb2

Gambar (2-2) Penjumlahan Secara Grafis Komponen – Komponen Pada Gambar (2-1) untuk mendapatkan tiga fasor tak seimbang
OPERATOR – OPERATOR
Karena adanya pergeseran fasa pada komponen simetris tegangan dan arus pada sistem tiga fasa, akan sangat memudahkan kita mempunyai metode penulisan cepat untuk menunjukkan perputaran 120o. Bilangan komplek dengan besar satu dengan sudut  merupakan operator yang memutar fasor yang dikenakannya melalui sudut , dengan operator j yang menyebabkan perputaran sebesar 90o dan operator –1, yang menyebabkan perputaran sebesar 180o. Pengguanaan operator j sebanyak dua kali berturut – turut menyababkan perputaran melalui 90o + 90o yang membawa kita pada kesimpulan bahwa j x j menyebabkan perputaran sebesar 180o dengan karena itu ketentuan bahwa j2 sama dengan –1 pangkat – pangkat yang lain dari operator j dapat diperoleh analisis yang serupa.
Huruf a biasanya digunakan untuk menunjukkan operator yang menyebabkan perputaran 120o dalam arah berlawanan dengan arah jarum jam, operator semacam adalah bilangan kompleks yang biasanya satu dan sudut 120o dan didefenisikan sebagai :
a = 1 < 120o = -0.5 + j 0.866
jika operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut – turut maka fasor itu akan diputar dengan sudut sebesar 240o untuk pergeseran tiga kali berturut – turut fasor akan diputar 360o.

a2 = 1 < 240o = -0.5 - j 0.866
a3 = 1 < 360o = 1 < 0 = 1

a -a2

-1, -a3 1,a3


a2 -a
Gambar (3-3) Diagram Fasor Berbagai Pangkat Dari Operator a.

III.3. KOMPONEN SIMETRIS FASOR TAK SIMETRIS
Sintetis tiga fasor tak simetris dari tiga himpunan fasor simetris, sintetis ini telah dilakukan sesuai dengan persamaan 2-7, 2-8 dan 2-9, untuk menguraikan ketiga fasor tak simetris itu menjadi komponen simetris, perhatikan bahwa banyaknya kuantitas yang diketahui dapat dikurangi dengan menyatakan masing – masing komponen Vb dan Vc sebagai hasil kali fungsi operator a dan komponen Va dengan berpedoman pada gambar (2-1) diperoleh :
Vb1 = a2 Va1
Vc1 = a Va1
Vb2 = a Va2
Vc2 = a2 Va2
Vb0 = Va0
Vc0 = Va0
Dengan mensubsituskan permsaan diatas kepada persamaan 2-7, 2.8 dan 2-9 diperoleh :
Va = Va1 + Va2 + Va0 ……..2-10)
Vb = a2 Va1 + a Va2 + Va0 ……...2-11)
Vb = a Va1 + a2 Va2 + Va0 ……...2-12)